androidvodic.com

Rekam Biometrik di Dalam Negeri Menguntungkan Calon Jamaah Haji dan Umrah - News

News, JAKARTA - Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia sejak tahun 2014 mewajibkan rekam biometrik bagi setiap kunjungan ke Saudi Arabia termasuk kunjungan jamaah haji dan umrah.

Pada akhir 2018 lalu, rekam biometrik tersebut menjadi syarat wajib atau mandatory untuk penerbitan visa Saudi Arabia.

Kebijakan ini menuai kontroversi, terutama di kalangan calon jamaan haji dan umrah yang tinggal di daerah kepulauan atau lokasi-lokasi terpencil yang jauh dari pusat-pusat perekaman biometrik VFS Tasheel yang ditugaskan oleh pemerintah Kerajaan Saudi Arabia untuk perekaman data biometrik kunjungan ke Saudi Arabia.

Sebagai respon terhadap masukan terhadap berbagai pihak, pemeritah kerajaan Saudi Arabia melalui kedubesnya di Indonesia pada 23 April 2019 lalu mengumumkan biometrik bukan lagi menjadi syarat bagi penerbitan visa Saudi Arabia.

Biometri tetap wajib bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke Saudi Arabia, termasuk jamaah haji dan umrah.

“Saudi Arabia tidak membatalkan sistem biometrik, tetapi melaui pengumuman yang disampaikan melalui kedutaannya di Indonesia menginformasikan bahwa biometrik bukan menjadi bagian dari per-visaan lagi. Jadi, biometriknya sendiri tetap berjalan,” ujar Nasrullah Jasam, Kepala Subdirektorat Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, kepada media di di Asrama Haji Podok Gede Jakarta, belum lama ini.

Baca: Kartika Putri dan Habib Usman Program Kehamilan Saat Umrah

Nasrullah juga menyampaikan bahwa dengan pengumuman baru pada 23 April 2019 lalu proses biometrik tidak lagi dilakukan sebelum mendapatkan visa, tetapi bisa belakangan setelah visa didapat.

Hal ini akan mempermudah calon jamaah haji dan umrah yang tinggal di wilayah kepulauan seperti Natuna, Anambas, Tanjung Selor dan Bangka Belitung, atau dari daerah terpencil di Kalimantan Timur, Papua dan Papua Barat.

Baca: Mantan Tentara yang Culik 6 Bocah Diringkus, Foto dan Video Penangkapannya Viral di FB

Sistem perekaman data melalui biometrik di negara asal  sejatinya  memang untuk memudahkan para jamaah sendiri. Dengan perekaman yang sudah dilakukan di negara asal, waktu tunggu sebelum masuk Saudi Arabia menjadi menjadi lebih singkat karena tidak harus antri dua kali, yakni di tempat  rekam biometrik dan saat masuk gerbang imigrasi.

Dengan adanya pengumuman biometrik tidak menjadi bagian dari pembuatan visa, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Agama pun tentunya tetap akan memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi para jamaah dengan mengupayakan agar perekaman biometrik bisa  dilakukan sebelum keberangkatan. Khususnya bagi calon jamaah haji 2019 yang proses rekam biometriknya hampir selesai.

Dari 200 ribuan calon jamaah haji tahun 2019, 160 ribu jamaah sudah melakukan rekam biometrik. Sisanya, sekitar 60 ribuan jemaah diharapkan bisa melakukan proses perekaman biometrik di Indonesia juga supaya bisa terhindar dari antrian yang panjang di bandara Saudi Arabia.

“Kami usahakan sisanya melakukan perekaman di Indonesia sebelum berangkat ke Saudi Arabia karena dapat memperpendek antrian. Sisanya sekitar 60 ribuan [akan melakukan rekam biometrik] di embarkasi. Nanti dipanggil satu-satu sambil berangkat ke bandara karena dari embarkasi sudah melalui proses imigrasi semua, langsung naik pesawat. Dengan sistem seperti ini kerajaan Saudi Arabia juga lebih diuntungkan karena tidak terlalu repot saat mengatur kedatangan para jemaah di bandara mereka,” ujar Nasrullah.

Baca: Kebijakan Biometrik untuk Haji dan Umrah Tidak Dibatalkan

Perubahan kebijakan pemerintah Saudia Arabia yang mendadak dan berlaku di seluruh dunia ini memang perlu diantisipasi dengan baik oleh pemerintah, tidak hanya untuk pelaksanaan Ibadah Haji 2019 tapi juga untuk pelaksanaan ibadah umrah ketika musim haji sudah selesai.

Jika perekaman biometrik tersebut dilakukan pada saat ketibaan, para jamaah Indonesia akan mengentri hingga 4-5 jam bersama-sama dengan jamaah dari negara-negara lain, setelah sebelumya menempuh perjalanan udara selama 9 jam akan sangat melelahkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat