androidvodic.com

Malahayati, Tokoh Perempuan yang Menang Duel Dengan Cornelis de Houtman - News

News - Stigma tentang perempuan yang harus berada di dapur rasanya tidak benar. Pasalnya, perempuan memiliki kemampuan yang tak kalah dahsyat dengan kaum Adam. Lihat saja kontribusi perempuan di berbagai lini kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi.

Dikutip dari laman Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Kemenpppa), kontribusi perempuan ini sejalan dengan nilai filosofi yang terkandung dalam Pancasila, yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Jika dilihat dari catatan sejarah, maka sebagai bangsa yang berlandaskan ideologi Pancasila, kita memiliki beragam kisah tentang perempuan yang berkontribusi besar untuk kemerdekaan Indonesia. Salah satu tokoh perempuan itu adalah Keumalahayati atau yang lebih dikenal dengan nama Laksamana Laut Perempuan Pertama di Dunia, Malahayati. Pahlawan Nasional Aceh ini memiliki peran yang begitu besar di masa kolonialisme Belanda.

Tentang Malahayati

Malahayati merupakan anak dari seorang ayah bernama Laksamana Mahmud Syah yang merupakan keturunan pendiri Kesultanan Aceh Darussalam. 

Semasa kecilnya, ia sudah mewarisi keberanian dan ketangkasan sang ayah. Malahayati lebih suka mengabiskan waktu dengan berlatih ketangkasan yang kelak akan membawanya menjadi panglima perang.

Untuk meningkatkan kemampuan bela diri, Malahayati sempat mengenyam pendidikan di Mahad Baitul Makdis, yaitu akademi ketentaraan Kesultanan Aceh Darussalam. Ia dilatih langsung oleh guru asal Turki.

Pendidikan itu akhirnya membuat Malahayati terjun ke dunia militer. Bahkan, ia juga dinobatkan sebagai salah satu lulusan terbaik dari Baitul Makdis. 

Perseteruan dengan pihak Belanda

Sebelum rombongan yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Aceh, hubungan para pendatang dari Eropa dengan pribumi bisa dikatakan berjalan baik. Hingga akhirnya, provokasi Belanda dan Portugis menyebabkan hubungan tersebut menjadi tidak harmonis dan menimbulkan konflik di berbagai daerah.

Membentuk armada para janda

Perjuangan Malahayati dimulai saat terjadi perang di perairan Selat Malaka. Dimana Kesultanan Aceh dipimpin Sultan Aluaddin Riayat Syah Al-Makummil yang dibantu dua orang laksamana, salah satunya Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief (suami Malahayati).

Meskipun pertempuran itu dimenangkan oleh Kesultanan Aceh, namun tidak sedikit juga yang menjadi korban dari peperangan, termasuk suami Malahayati.

Karena mengetahui belahan hatinya tewas di pertempuran, ia bertekad kuat untuk melanjutkan perjuangan sang suami. Dengan semangat menggebu-gebu, ia menghadap Sultan Al Makammil untuk membentuk armada Aceh yang semua prajuritnya merupakan wanita janda dari pasukan pria yang tewas dalam peperangan sebelumnya.

Pasukan yang terkenal dengan nama Inong Balee ini memiliki prajurit pemberani dan cukup disegani. Dengan jumlah personel sekitar 2000an, sang pemimpin, Malahayati mendirikan pangkalan militer dan menara pengawas di Teluk Lamreh.

Selain mendirikan pangkalan militer, ia juga bertugas untuk mengawasi seluruh pelabuhan dan bandar dagang di wilayah Aceh Darussalam. Dengan kekuatan militer yang dimiliki, Malahayati bersama pasukannya kerap terlibat dalam pertempuran melawan Belanda atau Portugis.

Tewasnya Cornelis de Houtman

Menyadari situasi kian memanas, Frederick dan Cornelis de Houtman berkoordinasi untuk mempersiapkan diri dalam mengahadapi serangan yang akan dilakukan oleh Malahayati. Benar saja, Laksamana Malahayati menyerbu dua kapal Belanda yang masih bertahan di Selat Malaka.

Dalam pertempuran itu, bisa dikatakan armada Belanda mengalami kewalahan saat menghadapi pasukan yang dipimpin Malahayati.

Puncaknya, pertempuran tersebut membawa Malahayati berduel dengan Cornelis de Houtman. Dimana sang kapten dengan pedangnya dan Malahayati bersama senjata roncongnya, mencoba untuk memenangkan duel maut tersebut.

Sayangnya dewi fortuna tidak berpihak pada Cornelis de Houtman. Dalam duel maut tersebut, ia tewas di tangan perempuan pimpinan armada perang dari Kesultanan Aceh, Laksamana Malahayati.

Dari kisah ini, kita tahu perempuan pernah ikut berkontribusi melahirkan Pancasila. Lewat Malahayati, ada capaian pengakuan bahwa perempuan punya peran tidak sekadar di dapur, sumur, dan kasur.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat