androidvodic.com

Belajar dari Kasus Gangguan Ginjal Akut, Penting Masyarakat Laporkan Efek Samping Obat - News

Laporan Wartawan News, Rina Ayu 

News, JAKARTA -- Belajar dari kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) atau AKI yang terjadi pada ratusan anak di Indonesia, Ketum PB IDI dr Moh Adib Khumaidi, SpOT menilai, pentingnya masyarakat segera melaporkan efek samping obat yang diminum.

"Sehingga kalau ada hal-hal atau penyakit yang aneh, misterius, ada laporan, lalu sama-sama direspons," ujar dia dalam konferensi pers, Rabu (9/11/2022).

Baca juga: Hoax, Gangguan Ginjal Akut Disebabkan oleh ASI Ibu yang Melakukan Vaksin Covid-19

Lebih lanjut, kolaborasi dengan organisasi profesi seperti PB IDI, dengan kementerian dan lembaga yakni Kemenkes dan BPOM harus terus diperkuat untuk menemukan jalan keluar dari masalah kesehatan yang terjadi masyarakat.

"Jadi pembelajaran yang baik, masyarakat melapor, lalu semua pihak bisa memberi respons yang cepat," ungkap dia.

Dikesempatan yang berbeda, Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik UGM, Prof. Apt. Zullies Ikawati, Ph.D. mengatakan, momentum ini perlu dipahami masyarakat tentang pentingnya 
mencatat obat yang dikonsumsi saat sakit.

"Kenapa supaya mudah melacak apabila ada kejadian yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan obat," ungkap dia saat dihubungi News, Senin (24/10/2022).

Selain itu cara menyimpan serta pemahaman secara keseluruhan bagaimana cara memperlakukan obat dengan tepat harus dipahami masyarakat.

Ikatan Apoteker Indonesia sudah sering mengkampanyekan DAGUSIBU yaitu sebuah singkatan dari DApatkan, GUnakan, SImpan, BUang yang ditujukan agar masyarakat lebih paham mengenai obat.

Saat ini berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat 324 anak di Indonesia terkena gagal ginjal akut. Sebanyak 190 di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

Pemerintah menduga kasus lonjakan gangguan ginjal akut ini akibat adanya cemaran senyawa kimia pada obat tertentu yang saat ini sebagian sudah teridentifikasi.

Kementerian Kesehatan bergerak cepat disamping melakukan surveilans atau penyelidikan epidemiologi, terus melakukan penelitian untuk mencari sebab sebab terjadinya GGAPA. Diantaranya sudah menyingkirkan kasus yang disebabkan infeksi, dehidrasi berat, oleh perdarahan berat termasuk keracunan makanan minuman.

Dan dengan upaya itu Kemenkes bersama IDAI dan profesi terkait telah menjurus kepada salah satu penyebab yaitu adanya keracunan atau intoksikasi obat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat