androidvodic.com

Wiranto Akui Masih Ada Kesenjangan Kualitas antara Perguruan Tinggi Negeri & Perguruan Tinggi Swasta - News

Laporan Wartawan News, Fahdi Fahlevi

News, JAKARTA - Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI), Wiranto, mengungkapkan masih ada kesenjangan kualitas antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia.

Menurut Wiranto, Pemerintah dan para pemangku kepentingan pendidikan tinggi harus mencari solusi terkait masalah ini.

"Jawaban itu diupayakan hadir oleh Kemendikbudristek lewat kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka," ujar Wiranto.

Hal tersebut diungkapkan Wiranto di acara pelantikan pengurus baru ABPPTSI periode 2022-2026.

Baca juga: 6 Komponen Jadi Pertimbangan Perguruan Tinggi di Tanah Air Ini Jadi PTS Terbaik di Asia Tenggara

Pengentasan kesenjangan perguruan tinggi, menurut Wiranto, sangat penting dalam upaya mencetak sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di kancah dunia.

"Perguruan Tinggi, khususnya PTS, punya peran penting sebagai pusat pengembangan keunggulan yang akan membawa bangsa Indonesia menjadi pemenang yang cerdas," tutur Wiranto.

Senada dengan Wiranto, Ketua Umum ABPPTSI Prof Dr Thomas Suyatno mengungkapkan masih sangat sedikit perguruan tinggi yang memenuhi syarat untuk dilakukan penilaian.

Hanya ada 880 dari 4.621 perguruan tinggi yang memenuhi syarat untuk mengikuti penilaian.

Selain itu, dirinya mengungkapkan kesenjangan kualitas perguruan tinggi dapat dipetakan melalui wilayah.

"Kesenjangan pertama antara perguruan tinggi kawasan timur dan kawasan barat. Kita akui. Pak Wiranto tadi juga menyinggung soal kesenjangan antara perguruan tinggi negeri dan swasta," ucap Thomas.

Kolaborasi antara perguruan tinggi yang sudah mapan dengan yang masih kecil, menurut Thomas, harus dibangun.

Baca juga: 43.805 Siswa Akan Diterima PTN Setelah Lulus Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi Tahun 2023

Langkah ini dilakukan untuk meminimalisir kesenjangan antara perguruan tinggi.

Sementara itu, Rektor Universitas Tarumanagara, Agustinus Purna Irawan, menilai pemerintah tidak bisa lagi menggunakan parameter yang sama dalam mengukur perguruan tinggi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat