androidvodic.com

Bukan Rp100 Triliun, JK Beberkan Dana yang Harus Dikeluarkan untuk Kampanye Capres-Cawapres - News

News, JAKARTA - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia, Jusuf Kalla atau JK, mengungkap dana yang musti dikeluarkan bagi seseorang untuk berkontestasi di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Hal tersebut diceritakan JK saat wawancara  khusus bersama Direktur Pemberitaan Tribun-Network Febby Mahendra Putra di kediaman JK di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan.

Awalnya, Febby menanyakan soal berapa dana yang harus dikeluarkan capres atau cawapres selama kampanye. Febby menyebut angka Rp100 triliun.

"Kebanyakanlah," jawab JK, Jumat (12/5/2023).

Kemudian, Febby bertanya dengan menurunkan besaran angka dari Rp50 triliun hingga Rp25 triliun.

"Enggak, jauhlah (kebanyakan)," jawabnya.

JK lalu menceritakan ketika 2014 lalu, ketika berkontestasi di Pilpres menjadi cawapres Jokowi, dia mengeluarkan dana sekira Rp 3 triliun.

Dana itu dikeluarkan paling banyak untuk saksi-saksi di tempat pemungutan suara (TPS) untuk mengawal perhitungan suara.

"Saksi, itu sudah lebih dari Rp1 triliun. Selebihnya buat kampanye. Kira-kira ya Rp3 triliun," kata dia.

Lebih lanjut, elite senior Partai Golkar itu mengatakan yang paling utama dari seorang capres dan cawapres bukanlah dana besar, melainkan keterkenalan secara individu, bahkan sebelum si capres-cawapres itu berkampanye.

"Punya pengalaman, dan dikenal, bukan mau kampanye baru dikenal," kata dia.

Saat menjabat Menkokesra di era Presiden Megawati, JK mengatakan sudah meninggalkan warisan karena dikenal sebagai juru damai sejumlah peristiwa konflik.

Baca juga: Presiden Jokowi Dianggap Terlalu Jauh Ikut Campur Koalisi Pilpres 2024, JK: Tidak Lagi Rahasia

"Waktu itu saya Menkokesra kan, contohnya ya saya damaikan konflik Poso, Ambon, ya orang kenal saya itu sebagai juru damai. Jadi ada legacy orang mengenalnya," kata dia.

Selain itu, karena bergerak di bidang keumatan dan keagamaan, JK sering keluar masuk pondok pesantren dan itu bukan sesuatu yang terjadi ketika masa kampanye saja.

"Kalau saya masuk pesantren itu biasa bukan tiba-tiba, tapi masyarakat ya melihat juga," tandasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat