androidvodic.com

Belajar dari Bung Karno, Megawati: Insinyur Butuh Pemahaman Filsafat, Politik, Rakyat dan Bangsa - News

Laporan Wartawan News, Fransiskus Adhiyuda

News, JAKARTA - Presiden Ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri mengatakan, profesi Insinyur juga butuh pemahaman filsafat, sistem politik, hingga pemahaman tentang rakyat dan bangsanya.

Megawati mengaku dirinya sangat tertarik dengan cara berpikir insinyur. Sebab insinyur selalu melihat persoalan yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana atas pendekatan analitis yang mengedepankan inovasi.

Insinyur juga berpikir secara kreatif, terintegrasi, dan digerakkan oleh kemampuan profesional di dalam setiap karyanya.

Hal itu disampaikan Megawati saat memberikan sambutan usai menerima penghargaan tertinggi dari Federasi untuk organisasi profesi keinsinyuran se-Asean (Asean Federation of Engineers Organisation/AFEO) di Nusa Dua, Bali, Rabu (22/11/2023).

“Insinyur selalu menerapkan prinsip penyederhanaan dan melihat berbagai opsi guna memutuskan mana yang paling feasible, dan sekaligus memberikan manfaat nyata bagi manusia,” kata Megawati.

Megawati mengaku memahami hal itu setelah melihat sang ayah, Proklamator dan Presiden pertama RI yang merupakan insinyur, Soekarno.

Di mana, seorang insinyur selalu kokoh dalam disiplin ilmunya, melihat praksis sosialnya, dan bagaimana peran pentingnya dalam transformasi kemajuan bangsa.

Bung Karno, menurut Megawati, adalah sosok yang detail, membumi dan visoner. Dalam setiap kesempatan kunjungan ke luar negeri, Bung Karno selalu mendorong kerjasama pengiriman para pemuda Indonesia ke luar negeri untuk menguasai ilmu-ilmu dasar, dan ilmu-ilmu Teknik.

Megawati lalu bercerira pengalaman saat Juni 1956, Bung Karno ke Jerman. Di sana, Putra Sang Fajar menegaskan bahwa kemajuan bangsa Jerman hanya bisa terjadi karena kemampuan para insinyurnya yang begitu berdisiplin di dalam mengembangkan ilmu teknik.

“Bung Karno menyebut Jerman sebagai Bumi Penemuan. Ada cerita yang menarik. Saat itu ada seorang profesor Jerman ahli metalurgi yang bertemu dengan Bung Karno. Profesor ini mempelajari kandungan logam yang ada di keris. Semua sudah diketahui, namun ketika mau membuat keris seperti yang kita punya, ternyata tidak berhasil. Pertanyaan profesor tersebut ke Bung Karno, apa yang salah? Yang salah adalah karena kamu bukan orang Indonesia,” papar Megawati.

Demikian pula ketika berkunjung ke Tiongkok pada Oktober 1956, Bung Karno berpidato di hadapan rakyat Tiongkok dan menegaskan bahwa sebagai seorang insinyur, bertugas membangun gedung dan jembatan. Hanya saja yang kini dibangun adalah 'Jembatan Persahabatan' dengan bangsa Tiongkok.

Dari situ, Megawati menilai para insinyur memiliki daya imajinasi tentang masa depan. Daya imajinasi inilah yang juga dimiliki Bung Karno, yang membayangkan bangunan Indonesia Raya yang harus berdiri kokoh.

Fondasi ini berakar kuat ke buminya Indonesia, dan lahir sebagai kristalisasi seluruh falsafah, nilai-nilai, dan hakekat tentang makna dan tujuan berbangsa-bernegara.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat