androidvodic.com

Fakultas Farmasi UI Berdayakan Masyarakat Baduy Jaga Hasil Panen Guna Tanggulangi Stunting - News

News, JAKARTA - Stunting merupakan kondisi tubuh pendek atau sangat pendek yang dilihat dari tinggi badan berdasarkan usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lantaran kekurangan nutrisi dan/atau infeksi berulang dalam 1000 HPK.

Kondisi ini menyebabkan hambatan perkembangan kognitif dan motorik hingga gangguan metabolisme.

Selain itu kondisi stunting juga memberikan dampak secara ekonomi menyebabkan kerugian setiap tahunnya sebesar 2-3 persen GDP.

Berdasarkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,5 persen pada tahun 2021 menjadi 21,6 persen di 2022. Untuk tahun 2024, Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan kondisi stunting menjadi sebesar 14 persen.

Sebagai upaya membantu pemerintah menurunkan prevalensi stunting, Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) 2023 yang diketuai oleh Prof Berna Elya, melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Suku Baduy, di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten pada Sabtu (16/12/2023) lalu.

Kegiatan yang dilakukan berupa penanaman hanjeli bersama dengan masyarakat suku Baduy yang dipandu oleh Fiky Yulianto Wicaksono selaku dosen Agroteknologi Universitas Padjajaran.

Tujuan kegiatan ini adalah pemberdayaan masyarakat suku Baduy untuk menjaga ketahanan pangan mandiri sehingga hasil panen yang diperoleh dapat digunakan untuk olahan pangan sehat sebagai upaya penanggulangan stunting.

Hanjeli merupakan salah satu serealia yang berpotensi menjadi bahan pangan alternatif, karena dapat tumbuh subur dengan cepat pada dataran tinggi atau dataran rendah di wilayah iklim tropis dengan curah hujan melimpah, dapat bertahan hidup pada tanah yang kurang subur hingga tanah kering, dan toleran terhadap suhu dingin, tanah asam, ataupun basa.

Hanjeli berasal dari ordo Glumifora dan famili Poaceae, yang dikenal dengan sebutan jali atau jali-jali di Indonesia. 

Hanjeli sering ditemukan tumbuh liar di daerah payau, rawa, sepanjang sungai, daerah lahan basah, dan saluran air di pinggir jalan.

Tanaman ini mengandung protein, lemak, kalsium, dan vitamin B1 yang lebih tinggi dibandingkan tanaman serealia lain. 

Selain sebagai sumber makanan pokok, hanjeli juga dapat digunakan sebagai obat. Hanjeli juga dipercaya dapat mengobati penyakit ginjal, hati, paru-paru, radang usus buntu, melancarkan buang air besar, rematik, dan diabetes.

"Pemimpin adat (Pu’un) suku Baduy telah mengizinkan penggunaan lahan kosong guna dikelola masyarakat untuk penanaman hanjeli. Area tanah yang disiapkan untuk penanaman hanjeli seluas lebih kurang 1000 meter persegi," kata Pengurus Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI), Arif Kirdiyat selaku pihak perantara.

Namun dalam proses penanaman dan perawatan hanjeli harus menggunakan komponen organik, seperti pupuk kandang dan tidak boleh menggunakan bahan-bahan kimia, seperti pestisida.

Sebelumnya tanah yang akan digunakan sebagai area tanam hanjeli dipersiapkan terlebih dahulu dengan menaburkan pupuk organik oleh masyarakat. Kemudian tanah yang telah digemburkan akan dilubangi dengan kedalaman sekitar 5 cm.

Baca juga: Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Suku Baduy, Program JKN Disambut Positif

Sebanyak 3 sampai 5 biji hanjeli, dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat. Setelah itu dilakukan penyiraman dengan air pada area yang telah ditanami.

Kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan pangan suku Baduy, sehingga dapat menekan prevalensi anak penderita stunting di Indonesia. 

Pemenuhan nutrisi anak dari pangan sehat merupakan tahap penting, untuk menjamin kesehatan generasi unggul bangsa.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat