androidvodic.com

Hadir di Sidang MK, Ahli KPU Jelaskan Beberapa Masalah Sirekap akibat Perbedaan Versi Mobile & Web - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow

News, JAKARTA - Ahli dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Marsudi Wahyu Kisworo mengungkapkan terdapat perbedaan antara Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) versi mobile dan versi web.

Sirekap mobile ini merupakan tampilan yang umum diakses oleh petugas KPPS untuk menggunggah formulir hasil.

"Jadi yang digunakan KPPS meng-upload data itu Sirekap mobile yang ada di dalam HP atau telepon seluler kemudian masuk ke Sirekap web. Di Sirekap web ini direkapitulasi dan kemudian ditampilkan dalam web pemilu2024 itu," jelas Marsudi dalam sidang sengketa pemilihan umum presiden (pilpres) 2024, Rabu (3/4/2024).

Sirekap web tersebut bertugas untuk melakukan konsolidasi rekapitulasi dan virtualisasi ke web saat ada data suara yang masuk. Hasilnya, dapat dilihat dalam tampilan di web.

Baca juga: Hasto Sebut Pertemuan Megawati & Prabowo Sebaiknya Setelah Proses Sidang Sengketa Pilpres Selesai

Marsudi mengatakan Sirekap mobile mengambil data dari Formulir C1 Hasil yang diunggah.

Kemudian, hasil tulisan tangan dari Formulir C1 Hasil diproses oleh teknologi OCR.

Optical Character Recognation (OCR) merupakan teknologi dalam Sirekap yang bertugas untuk membaca data dari formulir C hasil.

Hal itu lah yang menurutnya menjadi problem pertama dalam Sirekap. Terlebih, kata dia, setiap orang memiliki gaya tulisan tangan yang berbeda.

"Apalagi ada 822.000 TPS yang orangnya berbeda dan tulis tangannya berbeda, ada yang tulisannya bagus, tapi ada sebagian besar yang tulisannya kurang bagus bahkan jelek, saya sendiri tulisannya jelek," ujarnya.

"Dalam stylenya saja bisa berbeda, ada menulis angka 4 seperti kursi terbalik, ada yang tertutup atasnya, demikian angka lain, 1 ada yang menggunakan topi ada yang tidak," lanjut dia.

Kemudian, masalah kedua, Sirekap mobile diinstal di HP KPPS. Di mana, menurutnya, setiap HP memiliki kualitas gambar yang berbeda-beda.

Baca juga: Daftar Nama 11 Saksi dan Ahli dari KPU-Bawaslu di Sidang Sengketa Pilpres Hari Ini

Selanjutnya, ada pula permasalahan kertas. Apalagi, menurut Marsudi, OCR hanyalah sebuah program dan bukan manusia yang dapat memperkirakan angka.

"Dari kertasnya sendiri, kita lihat yang kanan itu kertasnya terlipat. Sehingga ketika terlipat ini bisa menimbulkan ke saya interpretasi oleh OCR ini, karena OCR ini bukanlah manusia yang bisa memperkirakan, dia hanya patuh kepada training data. Jadi dia diberikan data tulisan tangan angka 1, 2, 3 dan seterusnya, tapi kalau gambarnya seperti ini jadi masalah," tuturnya.

"Jadi 3 sumber ini kenapa yang bisa menjelaskan ketika ditampikan di web antara angka dan web itu antara angka dengan C1 bisa berbeda," imbuh dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat