androidvodic.com

CEO Bukalapak Bicara soal IPO, Pecah Rekor Pengumpulan Dana Hingga Turunnya Harga Saham - News

News, JAKARTA - Dalam wawancara pertamanya dengan Tech in Asia setelah ia menjadi CEO raksasa e-commerce Bukalapak, Rachmat Kaimuddin berjanji untuk membuat perusahaannya siap melantai di bursa efek alias IPO.

Sekitar satu setengah tahun kemudian, ia memenuhi janjinya dengan membawa Bukalapak ke publik, menjadi unicorn Indonesia pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Baca juga: Bukalapak Masih Bukukan Rugi Operasional, Tapi EBITDA Makin Membaik

Perusahaan e-commerce tersebut berhasil mengumpulkan sekitar 1,5 miliar dolar AS setara Rp 21,1 triliun (asumsi kurs dolar = Rp 14.118) dalam penawaran umum perdana saham (IPO) terbesar dalam sejarah bursa.

“Saya menyebutnya perjalanan yang luar biasa. Ini intens, tetapi saya belajar banyak,” kata Kaimuddin seperti dilansir dari Tech In Asia.

Bukan tanpa alasan Kaimuddin mengatakan hal itu. Tidak lama setelah menggantikan pendiri Bukalapak Achmad Zaky sebagai CEO, pandemi Covid-19 menyebar di Indonesia, membuat Kaimuddin mempertanyakan prospek IPO perusahaan. Namun, dia memutuskan bahwa masih layak untuk mengejar listing.

Menurut Kaimuddin hal itu menghasilkan proses yang penuh adrenalin. Ada beberapa poin yang cukup tinggi, seperti ketika perusahaan mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan Indonesia untuk memulai proses book-building, dan ketika harga saham Bukalapak mencapai batas atas dalam dua hari pertama. Namun, itu tidak semua momen bahagia bagi CEO.

“Pada hari ketiga ketika harga saham turun, itu seperti titik terendah bagi saya,” jelas Kaimuddin.

Baca juga: Bukalapak Catat Peningkatan TVP di Kuartal II 2021

Dia menemukan bahwa penurunan itu hanyalah bagian dari proses pasar, sesuatu yang tidak dapat dia kendalikan secara langsung. Dengan demikian, perusahaan menyadari bahwa ini adalah "dunia baru", dan perlu berkomunikasi untuk mendapatkan kepercayaan dari investor lagi.

“Kami sudah menyiapkan struktur terbaik sebelum IPO, seperti mengatur lock-up period. Kami berhasil membatasi volatilitas, tetapi [pada] akhirnya, itu hanya proses pasar, ”tambahnya.

Berevolusi

Kaimuddin juga berbicara tentang bagaimana Bukalapak berhasil mentransisikan kepemimpinan perusahaan dari tim pendiri menjadi eksekutif profesional.

Menurut Kaimuddin, memiliki profesional di perusahaan dapat membawa pengalaman dan perspektif bertahun-tahun dari organisasi lain. Namun, mereka tidak akan memiliki tingkat pengetahuan rinci yang sama tentang perusahaan sebagai pendiri.

“Keputusan di Bukalapak adalah kami ingin dikelola secara profesional, tetapi prosesnya terhuyung-huyung,” kata Kaimuddin.

Pada tahun 2016, Bukalapak merekrut Willix Halim, mantan wakil presiden di perusahaan rintisan Freelancer yang berbasis di Australia. Dua tahun kemudian, perusahaan menerbangkan Teddy Oetomo dan Natalia Firmansyah, diikuti oleh Kaimuddin pada awal 2020.

Terkini Lainnya

  • Kaimuddin memenuhi janjinya dengan membawa Bukalapak ke publik, menjadi unicorn Indonesia pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  • BERITA TERKINI

Tautan Sahabat