androidvodic.com

Harga Bitcoin Ambles Menjelang Dirilisnya Data CPI Amerika Serikat - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

News, WASHINGTON - Harga mata uang kripto Bitcoin (BTC) kembali anjlok ke level terendahnya dalam seminggu terakhir, menjelang rilisnya data indeks harga konsumen (CPI) Amerika Serikat (AS).

Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan nilai BTC/USD mendekati 19,5 ribu dolar AS sebelum pembukaan perdagangan di bursa saham AS, atau turun lebih dari 4 persen hari ini, Selasa (12/7/2022).

Setelah gagal mempertahankan nilainya di 20 ribu dolar AS, BTC/USD tampaknya bereaksi negatif terhadap pernyataan yang diberikan sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengenai prospek inflasi AS.

Baca juga: Bitcoin dan Ethereum Pimpin Amblesnya Pasar Kripto Setelah Delapan Bulan Diguncang Bear Market

Investor sudah bersiap menerima hasil laporan indeks harga konsumen (CPI) AS untuk bulan Juni yang akan rilis pada hari Rabu (13/7/2022) besok. Karine memperingatkan kemungkinan inflasi bulan Juni akan naik dari bulan sebelumnya.

"Jadi pada hari Rabu, kami akan memiliki data inflasi CPI baru, dan kami memperkirakan angka utama, yang meliputi gas dan makanan, akan sangat meningkat, terutama karena harga gas begitu tinggi pada bulan Juni," kata Karine dalam konferensi pers yang diadakan Senin kemarin (11/7/2022).

Inflasi yang tinggi berisiko menimbulkan kerugian di seluruh aset berisiko, yang dipicu oleh keputusan bank sentral untuk menaikkan suku bunga secara agresif sebagai langkah menjinakkan inflasi yang melonjak.

Tidak hanya Bitcoin, mata uang kripto lainnya Eter (ETH) juga anjlok 6,89 persen dalam 24 jam terakhir.

ETH/USD diperdagangkan di level 1,066 ribu dolar AS pada pukul 18.58 WIB.

Baca juga: 3 Cara Tukar Bitcoin ke Rupiah, dari Lewat ATM hingga Manfaatkan Platform Kripto

"Jika semuanya tetap sama dan Altcoin (mata uang kripto selain Bitcoin) terus berjuang untuk menembus resistensi utama. Altcoin mungkin perlu mengalami setidaknya -30 persen tambahan penurunan," kata pedagang dan analis populer Rekt Capital.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat