androidvodic.com

Gegara Devaluasi Mata Uang Lira, Investor Turki Mulai Beralih Borong Stablecoin Tether - News

Laporan Wartawan News Namira Yunia Lestanti

News, ANKARA – Volume perdagangan Stablecoin Tether di Turki dalam sepekan terakhir dilaporkan mengalami lonjakan sebesar 20 persen, jadi yang tertinggi sejak Mei 2020.

Jumlah tersebut melesat tajam bila dibandingkan dengan volume perdagangan Tether sebelum Tayyip Erdogan terpilih kembali sebagai presiden Turki tiga periode dimana pada saat itu volume perdagangan Tether hanya mencatatkan kenaikan 4 persen.

Melansir dari Reuters lonjakan ini terjadi tepat setelah mata uang lira dilanda devaluasi atau penurunan nilai secara besar – besaran. Tercatat selama pilpres Turki berlangsung mata uang lira telah anjlok lebih dari 80 persen.

Baca juga: Lira Turki Catat Penurunan Nilai Pasca Pilpres, Jadi yang Terendah Sejak 2021

Respon negatif ini terjadi lantaran para investor mulai dibayangi kekhawatiran atas pelonggaran suku bunga yang kembali diserukan Erdogan pasca terpilih menjadi Presiden. Tekanan tersebut yang membuat nilai lira terus mencatatkan penurunan tajam.

Khawatir penurunan lira makin memicu pembengkakan kerugian, para investor akhirnya mulai mengalihkan aset investasinya ke dalam bentuk Stablecoin Tether.

Mereka menilai Tether dapat melindungi penggunanya dari volatilitas mata uang crypto yang tinggi mengingat Tether merupakan stablecoin yang nilainya dipatok pada dolar AS.

“Tepat sebelum pemilihan, saya merasakan dorongan untuk mengubah lira Turki saya menjadi tabungan stablecoin yang disimpan di dompet Binance, buntut dari ketidakpastian seputar masa depan mata uang tersebut. Langkah ini saya ambil untuk melindungi diri dari risiko kerugian,” kata salah satu warga Turki, Basoglu.

Selain alasan diatas, seorang dosen universitas di Istanbul Ebru Güven mengatakan bahwa peraturan telah menyulitkan investor untuk membeli dolar atau emas.

Alasan ini yang kemudian mendorong orang - orang di Turki untuk membeli aset digital seperti stablecoin ditengah keruntuhan mata uang Lira

"Berinvestasi dalam stablecoin memungkinkan orang untuk mempertahankan nilai kekayaan mereka, ini adalah salah satu cara untuk mempertahankan nilai saat inflasi tinggi," kata Güven pada Minggu (11/6/2023).

Sebelum popularitas Tether melonjak, sejak tahun 2019 lalu stablecoin ini sudah dianggap sebagai aset lindung nilai (hedging) bagi para pelaku pasar di Turki.

Kendati Bank sentral Turki melarang keras peredaran cryptocurrency di negaranya, namun hal tersebut tak lantas menyurutkan minat masyarakat untuk mengoleksi mata uang kripto Theater.

Hingga Turki menjadi negara kedua di dunia yang memiliki tingkat kepemilikan aset kripto terbanyak dengan total 27,1 persen, menurut perusahaan riset GWI.

Terkini Lainnya

  • Tercatat selama pemilihan presiden Turki berlangsung mata uang lira telah anjlok lebih dari 80 persen.

  • Semangat Mendukung Produk Lokal, Antusiasme Pengguna Shopee di Seluruh Indonesia

  • BERITA REKOMENDASI

  • BERITA TERKINI

Tautan Sahabat