androidvodic.com

Skandal Sertifikasi Mobil Kembali Terpa Toyota Jepang, 7 Model Kena Dampak, Produksi Indonesia Aman - News

Laporan Wartawan News, Lita Febriani

News, JAKARTA - Toyota Motor Corporation (TMC) mengakui telah melakukan pelanggaran terkait dengan sertifikasi untuk 7 model buatannya.

Ketujuh model yang masuk ke dalam skandal ini telah diproduksi sejak 2014, beberapa diantaranya ada yang telah berhenti produksi.

Melansir dari Toyota Times, tujuh model tersebut mendapatkan metode pengujian berbeda dari standar yang sudah ditentukan otoritas nasional.

Baca juga: Bamsoet Dukung Toyota Gazoo Racing Indonesia Berlaga di Kejuaraan Balap Internasional

Ketujuh model yang terkena skandal tersebut adalah Toyota Isis, Toyota Crown, Toyota Corolla Axio, Toyota Corolla Fielder, Toyota Sienta, Toyota Yaris Cross dan Lexus RX.

Skandal sertifikasi ini terungkap ketika Toyota menyelidiki permohonan sertifikasi mobilnya, sesuai dengan instruksi dari Kementerian Pertahanan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang pada 26 Januari 2024.

Chairman TMC Akio Toyoda, menyampaikan investigasi masih berlangsung, namun teridentifikasi tujuh model, termasuk yang produksinya sudah berakhir sejak 2014, diuji menggunakan metode berbeda dari standar yang ditetapkan otoritas nasional. Pihaknya sudah melaporkan hal ini ke kementerian pada 31 Mei. Ini melibatkan dua perusahaan, TMC dan Toyota Motor East Japan.

"Kendaraan hanya dapat diproduksi dan dijual setelah memenuhi standar uji sertifikasi. Inti permasalahannya adalah model tersebut diproduksi secara massal dan dijual tanpa melalui proses sertifikasi yang benar," tutur Toyoda, dikutip dari Toyota Times, Kamis (6/6/2024).

Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto, memastikan produk yang ada di Indonesia tidak terkena skandal tersebut dan dari sisi model maupun platform juga berbeda.

Selain itu, produksi model-model kendaraan Toyota di Indonesia sudah sesuai dengan regulasi yang diterapkan pemerintah.

"Kalau di Indonesia memang ada regulasi-regulasi yang sebagian harus dicek oleh pemerintah dan sebagian kita memberikan laporan. Saat memberikan laporan itu beserta fakta-faktanya. Jadi kalau uji tabrak kita berikan laporan beserta videonya. Nanti pemerintah akan melihat dan ada data sertifikasi. Lalu biasanya juga ada pihak ketiga yang melihat (sertifikasi)," terang Nandi.

Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, menambahkan Toyota bukan perusahaan yang sempurna, namun berupaya untuk transparan.

"Justru saya melihat bahwa itikad baik untuk melaporkan segala sesuatu kepada publik itu merupakan salah satu bentuk transparansi dalam industri otomotif. Dulu jarang sekali berita recall tetapi sekarang ada berita recall. Jadi ke depan memang harus lebih transparan ke publik. Jadi ini bukan hanya soal pelanggaran tetapi setiap ketidaksempurnaan itu ada mitigasinya seperti apa," ungkapnya.

Vice President Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Henry Tanoto, menyatakan tiga model dengan nama yang sama memang dijual di Indonesia, tapi produksinya berbeda.

"Memang ada tujuh model dan yang di Indonesia ada tiga model. Pertama ada Crown 2014 yang memang tidak ada kaitannya dengan Crown yang di kita. Kedua ada Sienta 2015 dan juga tidak ada kaitannya dengan kita karena kita produksi di TMMIN 2016. Terakhir Yaris Cross, namanya terkait, tetapi produknya tidak ada kaitannya, karena memang Yaris Cross yang dijual di Jepang itu berbeda dengan Yaris Cross yang kita produksi di TMMIN. Jadi platformnya berbeda dan engine-nya juga berbeda. Intinya memang dua produk yang berbeda," ucap Henry.

Henry menyebut, kasus yang ada di Jepang tidak ada kaitannya dengan produk di Indonesia, sebab hanya nama saja yang sama.

"Case yang saat ini terjadi itu tidak ada kaitannya dengan isu kualitas, safety, maupun emisi. Kalau di Indonesia semua produk kita melalui proses homologasi sesuai dengan ketentuan dari pemerintah. Yang pasti tidak ada isu tentang produk-produk yang ada di Indonesia," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat