androidvodic.com

Penggorok Ayah Kandung Jalani Tes Kejiwaan di RSJ Menur Surabaya - News

News, SURABAYA - Tersangka penggorok ayah kandungnya, Hardi Wahyudi (31) akan menjalani tes kejiwaan di RSJ Menur Surabaya.

Beberapa anggota keluarga dan anggota Polsek Bubutan mendampingi tersangka berangkat ke RSJ, Jumat (24/4/2015) siang. (Baca juga: Mau Nikah Tak Direstui, Hardi Nekat Bunuh Bapaknya)

Kanit Reskrim Polsek Bubutan, AKP Abd Gafar menyatakan, pihaknya belum bisa meminta keterangan dari tersangka.

Selama berada di Mapolsek sejak Kamis (23/4/2015), tersangka lebih banyak diam. Sesekali tersangka berbicara, tapi ucapan tersangka masih belum bisa dimasukkan kedalam Berita Acara Pidana (BAP).

"Hanya keterangan orang normal yang bisa dimasukkan. Kondisi tersangka kan masih depresi," kata Gafar.

Dia tidak dapat memastikan kapan RSJ akan mengeluarkan hasil tes kejiwaan tersangka. Dia memperkirakan hasil tes kejiwaan baru akan keluar sekitar dua pekan lagi.

"Proses hukumnya tergantung hasil pemeriksaan," tambahnya.

Sebelumnya Hardi Wahyudi (31) tega menggorok bapaknya, Rukadji (53), Kamis (23/4/2015) petang. Diduga penggorokan ini karena tersangka mengalami depresi sejak empat tahun lalu.

Penggorokan ini terjadi di rumah korban dan tersangka di Jalan Kepatihan V, Surabaya. Informasi yang dihimpun Surya (News Network), saat itu korban baru bangun tidur di lantai dua.

Saat akan turun, Rukadji melihat anaknya membawa pisau dapur sepanjang 20 centimeter.

Rukadji pun bertanya alasan anaknya membawa pisau dapur itu. Namun, Hardi justru menjawab pisau itu akan digunakan untuk membunuh korban.

Tiba-tiba saja, Hardi naik lagi ke lantai dua dan menggorok leher bapaknya. Beruntung, Rukadji bisa melarikan diri dan minta bantuan warga.

"Tersangka ditangkap warga, dan diserahkan ke Mapolsek," kata Kapolsek Bubutan, Kompol Edo Setya Kentriko.

Rukadji mengalami luka sayatan sepanjang 20 centimeter dan sedalam kira-kira 0,5 centimeter. Korban langsung dilarikan ke RS Undaan untuk menjalani perawatan.

Polisi kini minta keterangan beberapa saksi. Informasi dari polisi, tersangka mengalami stres berat sejak 2010 lalu.

Saat itu tersangka mengemukakan niatnya ingin menikah dengan gadis pujaannya. Ternyata keluarga tidak setuju karena gadis pujaannya berbeda agama.

"Sejak saat itu tersangka sering terlihat termenung atau diam sendiri," tambahnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat