androidvodic.com

Meski 350 Meter Jarak Jalan Langenastran namun Seluruh Suku di Indonesia Terwakili - News

News, YOGYAKARTA -Dideklarasikannya Langenastran Yogyakarta sebagai Kampung Wisata, di Omah Media Avocado, sejumlah tokoh besar angkat bicara.

Mantan Wakasad Letjen TNI (Pur) Kiki Syahnakari yang hadir saat deklarasi, Sabtu (3/9/2016) mengatakan, Indonesia saat ini berada dalam situasi proxy-war – perang tanpa kekuatan militer.

Menurutnya bentuk nyata dalam proxy-war adalah menggunakan kekuatan budaya dan ekonomi yang berbasiskan pada kecanggihan sistem serta teknologi informasi-komunikasi.

Indonesia merupakan target utama dalam proxy war yang dilakukan oleh negara hegemoni.

“Sebuah negara akan hancur ketika budayanya juga dihancurkan oleh negara lain. Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menjaga keutuhan sebuah negara tidak selalu dimulai dari kegiatan yang besar."

"Kegiatan budaya sekecil apapun dapat menjadi lokomotif terpeliharanya persatuan sebuah negara dan ini perlu diperhatikan oleh para pemimpin bangsa dan sekaligus sebagai sarana untuk melawan proxy war. Kita bisa melawan game yang sedang marak sekarang seperti Pokemon-go,” ujar Mantan Wakasad itu.

Sementara KH Maman Imanulhaq – pengasuh Ponpes Al Mizan, Majalengka Jawa Barat dan juga Anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa menegaskan bahwa “Langenastran Sebagai Kampung Wisata dan Budaya” merupakan ide yang brilian dalam membangkitkan semangat pluralisme dalam bungkus kebersamaan dan gotong royong.

Masyarakat Indonesia sudah lelah akan ide-ide besar tentang pluralisme yang hanya berkutat pada tataran wacana dan hanya menjadi milik para pemimpin nasional atau pemimpin agama namum tidak sampai pada grass-root.

“Masyarakat Indonesia harus bercermin pada Langenastran, yang panjang jalannya hanya pendek – sekitar 350 meter. "

"Tetapi di jalan yang pendek ini, seluruh suku di Indonesia yang terwakili oleh para pelajar atau mahasiswa luar daerah yang bersekolah di Yogyakarta pernah melewati jalan ini dan menuju satu tempat yang bernama Alun-alun Selatan."

"Semua orang ingin mengayuh odong-odong tidak peduli, suku, agama, ras ataupun usia,” tegas anggota DPR RI ini.

Menurut Ananta Wahana – anggota DPRD Propinsi Banten dari Partai PDIP, semua suku berhutang budi kepada Yogyakarta sebagai kota Pelajar.

Yogyakarta adalah propinsi yang memiliki andil besar dalam mencerdaskan bangsa dan yang juga secara tidak langsung menyejahterakan provinsi-provinsi di Indonesia ketika para lulusan kota Pelajar ini kembali ke daerah asal.

Jika gagasan “Langenastran Sebagai Kampung Wisata dan Budaya” berhasil perlu dibuat kloning-kloning kampung wisata dan budaya di propinsi lain.

Dari kloning itu kemudian akan muncul Kampung Sister, atau Twin Kampung yang memanfaatkan jaringan para lulusan Yogyakarta.

Oleh Muliawan Margadana – Ketua Umum Presidium Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) ditambahkan bahwa, pendeklarasian sebuah kampung kecil di dalam wilayah keraton ini diyakini akan menjadi sarana terpeliharanya kerukunan antar kampung di wilayah Keraton yang imbasnya akan sampai pada kampung-kampung di luar Keraton.

“Saya yakin gagasan ini akan menjadi gerakan bola salju. Gagasan besar selalu dimulai dari kegiatan yang kecil dan saya kira, kampung-kampung di seluruh wilayah Indonesia akan mengikuti gerak Langenastran."

"Alasannya adalah Yogyakarta adalah poros politik Indonesia di mana setiap gerak geriknya akan dipantau oleh daerah lain,” ujar Muliawan. (*)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat