Tenun Ikat Sumba Timur Perlu Sentuhan Bekraf - News
News - Komisi X DPR RI menilai perlunya sentuhan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di Sumba Timur untuk meningkatkan perekonomian para pengrajin tenun ikat di sana.
"Selama ini perempuan-perempuan di Sumba Timur yang sudah memasuki masa akil baliq diwajibkan untuk bisa menenun. Jadi bisa dikatakan ini tradisi atau budaya lokal. Namun sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan dari tradisi tersebut sehingga meningkatkan nilai jual dan akhirnya menambah devisa masyarakat setempat," ujar anggota Komisi X DPR RI, Dwita Ria Gunadi.
Sebut saja proses pemasaran. Selama ini para pengrajin dalam memasarkan produknya hanya menunggu pengunjung yang datang.
Sementara wisatawan nasional dan mancanegara yang datang ke daerah tersebut sangat minim. Tidak hanya itu promosi yang dilakukan pemda setempat terhadap kain tenun ikat asli Sumba Timur juga sangat kurang.
"Tenun ikat asal Sumba Timur ini mengandung makna dan filosofi tersendiri, sangat cantik dan unik. Sayangnya belum dipasarkan secara serius dan promosinya juga sangat kurang. Masuknya designer-designer kondang ke Pulau Sumba memang sedikit membantu dalam mempromosikan kain tenun ikat Sumba Timur. Namun belum berdampak pada penjualan,"paparnya.
Ia berharap agar Bekraf turun tangan membantu para pengrajin tenun untuk mempromosikan dan memasarkan produknya.
Terkini Lainnya
Berita Parlemen
Komisi X DPR RI menilai perlunya sentuhan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di Sumba Timur untuk meningkatkan perekonomian para pengrajin tenun di sana.
Tim SAR Gabungan terus Lakukan Pencarian Kapal LCT Cita XX Pengangkut Material BTS
BERITA TERKINI
berita POPULER
Serangan Balik Iptu Rudiana ke Orang-orang yang Bikin Gaduh Kasus Kematian Vina Cirebon
5 Populer Regional: Sosok Dede yang Tuding Iptu Rudiana Susun Skenario - Kekayaan Abdul Ghani Kasuba
Pesilat Keroyok Polisi di Jember, PSHT Mohon Maaf dan Siap Bantu Cari Pelaku
Kejati Sumut Tuntut Mati 49 Terdakwa Narkoba, Komisi III DPR: Tepat!
Sosok Pitra Romadoni Nasution, Pengacara Iptu Rudiana yang Somasi Dede Riswanto dan Dedi Mulyadi