androidvodic.com

7 Sastrawan Terima Anugerah Sastera Rancage 2021 - News

Laporan tribun NetworK Cecep Burdansyah

News, BANDUNG - Yayasan Kebudayaan Rancagé mengumumkan tujuh Sastrawan pemenang Penghargaan Anugerah Sastera Rancagé ke 33, yang kali pertama diselenggarakan secara daring di kantor Melsa.net Bandung pada Minggu, 31 Januari 2021.

Ketujuh pemenang itu ialah Dadan Sutrisna  untuk Sastera Sunda dengan Novel berjudul Sasalad, Supali Kasim mewakili sastera jawa dengan Kumpulan Puisi yang berjudul Sawiji Dina Sawiji Mangs.

Kemudian untuk Sastera Bali ada kumpulan Cerpen Berjudul Nglekadang Mèmè karya Komang Berata, Sastera Lampung ada kumpulan puisi karya Elly Dharmawanti dengan Judul Dang Miwang Miku Ading, Sastera Madura ada kumpulan Puisi berjudul Sagara Aeng Mata Ojan karya Lukman Hakim AG, dan terakhir.

Dan Risnawati Pemenang Hadiah Samsudi dengan karya cerpen anak yang berjudul Pelesir Ka Basisir.

Penyelenggaraan Anugerah Sastera Rancage kali ini pun untuk kali pertama tanpa dihadiri sosok penggagas acara tersebut, Ajip Rosidi yang sudah tutup usia. Anugrah Sastra Rancage diadakan pertama kali tahun 1989, dan diadakan konsisten tiap tahun, jadi sudah 33 tahun.

Baca juga: dr Bambang Sutrisna Meninggal karena Corona, Anak Curiga Ayahnya Tertular dari Pasien

Dalam sambutannya, Erry Riyana Hardjapamekas selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage berharap kepada pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, agar Anugerah  Sastera Rancage ini dapat menjadi indikator untuk menempatkan bahasa daerah dalam kurikulum nasional, setidaknya bagi bahasa-bahasa daerah yang hidup secara lisan dan tulisan. 

"Selama ini posisi bahasa daerah berada dalam kurikulum lokal yang sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah daerah, padahal bahasa daerah memiliki peran penting sebagai penggali kearifan lokal yang memperkuat kebudayaan nasional," ungkap eks Wakil Ketua KPK tersebut.

Bahas Daerah Prioritas
Sementara itu dalam kesempatannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan, Kemendikbud menempatkan kemajuan bahasa sebagai program prioritas melalui badan pengembangan dan pembinaan atau Badan Bahasa.

"Secara konsisten kami menyelenggarakan program pelestarian bahasa daerah. Kami menyadari bahwa bahasa daerah yang selama ini terdata sebanyak 718 bahasa merupakan suatu aset bangsa kita. Kelangsungan hidup bahasa tersebut akan sangat bergantung pada para penutur dan masyarakat tuturnya," ujar Mendikbud.

Baca juga: Jilbab dalam Narasi Otoriter Rezim Nadiem Makarim

Lebih lanjut kata Nadiem, tahun ini Kemendikbud menargetkan ratusan karya berbahasa daerah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia, agar khasanah kekayaan nusantara dapat dikenal luas.

"Harapan kami cara seperti ini akan merawat kebhinekaan serta menumbuhkan apresiasi serta gotong royong guna membangun negeri ini," pungkasnya.

Hilmar Farid selaku Dirjen Kebudayaan Kemendikbud yang turut hadir dalam acara Anugerah Sastera Rancage tersebut melihat bahwa Bahasa daerah menjadi bahan baku peristilahan dalam perkembangannya.

"Mengambil dari Bahasa daerah termasuk Bahasa sunda untuk menjadi bagian dari Bahasa Indonesia, kadang-kadang di tingkat yg lebih kompleks Bahasa daerah juga menjadi pertimbangan dalam menentukan tata Bahasa dan tentunya juga sebagai sarana pewarisan Khasanah Budaya, sebagai bagian penting dari bagian budaya nasional kita," terang pria yang akrab disapa Fay tersebut.

Masih kata Hilmar, dirinya mengaku antusias terhadap program Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) yang sedang menginisasi kegiatan digitalisasi aksara nusantara.

"Inilah bagian yang menurut saya penting dan memang kita lihat dalam keadaan sekarang, yang sangat pesat perkembangannya. Bahasa Indonesia mulai bersaing dengan Bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari di berbagai kalangan.
Maka kita membutuhkan solusi yang lebih permanen untuk menempatkan Bahasa daerah di dalam kehidupan kita kembali Bahasa daerah kita," tutup Hilmar.

Dalam kata sambutannya, Yudho Giri Sucahyo ketua PANDI merespons pagelaran acara Anugerah Sastera Rancage kali ini.

"PANDI akan terus siap untuk berkolaborasi dengan yayasan kebudayaan Rancage karena PANDI juga punya kegiatan MIMDAN (Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara) dan kalo kita bicara aksara tentu tidak bisa dilepaskan dari bahasa dan bahasa tidak bisa dilepaskan dari budaya," tutup Yudho. (*)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat