androidvodic.com

Apa Sebenarnya yang Terjadi di Gunung Marapi? Berikut Penjelasan PVMBG - News

Laporan Wartawan News, Dennis Destryawan

News, JAKARTA — Ketua Tim Gunung Api Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Heruningtyas Desi Purnamasari menjelaskan curah hujan tinggi mendorong terjadinya banjir lahar dingin di sekitar Gunung Marapi Sumatera Barat pada Sabtu (11/5/2024).

Heruningtyas menerangkan, adanya curah hujan yang cukup tinggi di area-area sungai yang berhulu di Gunung Marapi menjadi faktor terjadinya banjir lahar Gunung Marapi.

“Itu disebabkan adanya endapan. Adanya erupsi Marapi yang bercampur dengan air hujan dan menghasilkan lahar,” ujar Heruningtyas kepada wartawan, Senin (13/5/2024).

Baca juga: Penampakan Surau Selamat dari Banjir Lahar Dingin Marapi dan Cafe Paling Romantis yang Porak Poranda

Saat ini, lanjut dia, status Gunung Marapi berada di level tiga atau siaga dengan radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi. Menurut Heruningtyas, aktivitas Gunung Marapi masih belum stabil.

“Rekomendasi Badan Geologi harus mewaspadai potensi bahaya lahar yang dapat terjadi khususnya di musim hujan. Curah hujan menentukan dampak adanya lahar,” tutur Heruningtyas.

Dia mengatakan, curah hujan tinggi memicu lahar meluas. Karena itu masyarakat perlu mewaspadai, khususnya yang berada di bantaran sungai. Pemerintah Daerah juga diminta untuk mewaspadai aliran lahar.

“Kalau debit tinggi dan endapan material Gunung Marapi menumpuk di puncak dapat menghasilkan lahar besar,” imbuh Heruningtyas.

Sejauh ini, ucap Heruningtyas, Badan Geologi sudah membuat peta rawan bencana aliran lahar. Selain itu, pos pemantau telah memberikan laporan berkala setiap enam jam.

“Sudah tertulis masyarakat diimbau hati hati di aliran lembah karena ketika curah hujan tinggi di area puncak bisa memicu adanya lahar,” terangnya.

Baca juga: Dua Kabupaten Terdampak Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi Sumbar, 21 Orang Meninggal

Dia menambahkan, Badan Geologi memberikan imbauan atau rekomendasi mengenai bahaya aliran lahar. Namun, untuk memperkirakan berapa besarnya lahar akan tergantung terhadap curah hujan.

“Kalau untuk lahar berbagai stakeholder khusus untuk aktivitas Gunung Merapi itu dari Badan Geologi. Enam jam sekali report. Untuk lahar sangat tergantung musim hujan dan curah hujan di puncak,” kata Heruningtyas.

Menurutnya, selain Gunung Marapi, gunung lain yang perlu diwaspadai potensi sangat rawan adalah untuk area-area sungai yang berhulu di puncak gunung.

“Tidak hanya Gunung Marapi contohnya Gunung Semeru juga ada lahar dan beberapa kali ada korban,” kata Heruningtyas.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat