androidvodic.com

Maskapai Belanda dan Sejarah Penerbangan Perintis di Papua - News

News - Nama maskapai penerbangan ini kurang dikenal, namun NNGLM (Nederlands Niew Guinea Luchtvaart Maatschapij) ‘Kroonduif’ sudah terbang, membuka dan melayani jalur penerbangan perintis di Papua jauh sebelum adanya jembatan udara Merpati Nusantara.

Nama Papua dulunya lebih dikenal sebagai Niew (New) Guinea, sebuah kepulauan terbesar kedua di dunia yang saat ini terbagi dua, Papua sebagai bagian dari Indonesia (sebelah barat) dan Papua Nugini (sebelah timur).

Nama ini diberikan oleh penjelajah Spanyol, Ynigo Ortiz de Retez pada 1545. Dia bahkan sempat menjelajah sampai muara Sungai Mamberamo. Di matanya daerah ini memiliki kesamaan alam dengan Guinea di pantai barat Afrika.

Nama Irian mulai dipopulerkan pada tahun 1945 oleh tokoh pejuang kemerdekaan Marcus dan Frans Kasiepo.

Nama itu kemudian diganti menjadi Irian Barat sebelum kampanye Trikora dan menjadi Irian Jaya setelah menjadi bagian dari Indonesia. Namanya kembali diganti saat era pemerintahan Abdulrahman Wahid menjadi Papua hingga saat ini.

Belanda menguasai bagian barat—sementara Inggris menguasai bagian timur pulau Papua—dan memasukkannya ke dalam wilayah Hindia Belanda pada 1828.

Bentang alamnya luar biasa, hutan tropis pekat, sungai cukup dalam, dan lembah beserta gunung berselimutkan salju abadi. Tapi di dalamnya kekayaan alamnya juga luar biasa khususnya di Kepala Burung (Vogelkop).

Satu-satunya cara untuk mengeksploitasinya adalah melewati jalur udara.

Perusahaan minyak Shell, Texaco, dan Standard Oil membentuk konsorium NNGPM (Nederlands Niew Guinea Petroleum Maatschappij) untuk mendapatkan konsesi eksplorasi tambang minyak.

Tapi sebelumnya harus dilakukan pemetaan udara terlebih dahulu dengan mengontrak maskapai Hindia Belanda KNILM.

Pesawat yang terlibat dalam pemetaan sekaligus sebagai pesawat komersil/carter pertama yang terbang di wilayah Papua adalah de Havilland DH-89 Dragon Rapide pada tahun 1935.

NNGPM membangun lapangan terbang Babo yang terletak di Teluk Bintuni sebagai base untuk tugas ini.

Tahun berikutnya NNGPM memutuskan menggunakan pesawat amfibi Sikorsky S.38 agar tidak perlu membangun lapangan terbang yang banyak dan cukup mengandalkan sungai atau pantai untuk operasional.

Sayangnya walaupun sukses, hasil pemetaan udara itu tidak bisa digunakan untuk eksplorasi karena keburu pecah Perang Pasifik.

Terkini Lainnya

  • KLM memiliki kepentingan di sini karena memiliki rute ke Biak dengan Lockheed Constellation sebelum terbang menuju ke Sydney.

  • BERITA TERKINI

Tautan Sahabat