androidvodic.com

4 Faktor Penyebab Lonjakan Kerumunan Halloween Itaewon yang Mematikan   - News

 
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

News, SEOUL - Warga Korea Selatan (Korsel) saat ini sedang mencari jawaban setelah 156 orang tewas karena tragedi halloween Itaewon mematikan pada Sabtu lalu.

Saat pihak berwenang, media, dan masyarakat berebut untuk mencari tahu 'apa yang salah', berikut beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab lonjakan massa yang mematikan di distrik kehidupan malam yang sibuk di Seoul.

Baca juga: 6 Artis Korea yang Meninggal karena Insiden: Lee Ji Han dan Kim Yuna Meninggal di Tragedi Itaewon

1. Acara tanpa penyelenggara

Dikutip dari laman koreaherald.com, Jumat (4/11/2022), Halloween, meskipun berasal dari Barat, merupakan perayaan yang populer di kalangan anak muda di Korea Selatan (Korsel).

Dikenal sebagai kawasan yang dapat  menarik pengunjung pesta dari semua latar belakang, Itaewon merupakan tempat tujuan untuk menghabiskan malam bagi banyak orang.

Namun tidak seperti acara resmi, tidak ada lembaga penyelenggara untuk festival tahunan yang diadakan di kawasan ini.

Saat Festival Desa Global Itaewon diadakan pada awal Oktober lalu, jalan utama yang membentang di lingkungan itu pun ditutup.

Baca juga: Tragedi Halloween Itaewon Mengubah Mimpi Pasangan Pengantin Baru: Tolong Kirim Suami Saya Pulang

Perlu diketahui, festival tersebut adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Organisasi Zona Turis Khusus Itaewon dengan dukungan dari pemerintah kota Seoul dan Distrik Yongsan.

Pada hari Minggu setelah lonjakan massa yang berakhir dengan tragedi mematikan, jalan empat jalur ditutup dan sebuah tanda dipasang oleh Kantor Polisi Yongsan yang mengarahkan pengemudi untuk mengambil jalan memutar.

"Karena Halloween adalah budaya Amerika dan ada banyak orang asing yang datang ke Itaewon, sektor bisnis mengadakan acara atas kemauan mereka sendiri. Menutup lalu lintas untuk Halloween tidak pernah dipertimbangkan di masa lalu," kata seorang pejabat di Kantor Distrik Yongsan.

Seorang jurnalis (kanan) berjalan di antara barang-barang pribadi yang diambil oleh polisi dari tempat kejadian lonjakan massa Halloween yang fatal yang menewaskan lebih dari 150 orang di distrik Itaewon ditampilkan di gimnasium untuk dikumpulkan oleh kerabat korban, di Seoul pada 1 November 2022 .- Sedikitnya 156 sebagian besar anak muda tewas, dan puluhan lainnya terluka, dalam gelombang kerumunan mematikan akhir 29 Oktober di pesta Halloween pasca-pandemi pertama di distrik kehidupan malam Itaewon yang populer di Seoul. (Photo by Anthony WALLACE / AFP)
Seorang jurnalis (kanan) berjalan di antara barang-barang pribadi yang diambil oleh polisi dari tempat kejadian lonjakan massa Halloween yang fatal yang menewaskan lebih dari 150 orang di distrik Itaewon ditampilkan di gimnasium untuk dikumpulkan oleh kerabat korban, di Seoul pada 1 November 2022 .- Sedikitnya 156 sebagian besar anak muda tewas, dan puluhan lainnya terluka, dalam gelombang kerumunan mematikan akhir 29 Oktober di pesta Halloween pasca-pandemi pertama di distrik kehidupan malam Itaewon yang populer di Seoul. (Photo by Anthony WALLACE / AFP) (AFP/ANTHONY WALLACE)

Diskusi pun diadakan sebelum hari naas itu, tentang hal-hal seperti keamanan pangan, pandemi virus corona (Covid-19) dan pembersihan jalan, namun tidak tentang pengendalian bencana dan keamanan.

"Kami belum memperkenalkan langkah-langkah khusus Halloween sebelumnya, selain untuk menangani pandemi.

Baca juga: Tragedi Halloween Itaewon yang Menewaskan 156 Orang Mengekspos Kesenjangan Generasi di Korea Selatan

Menurut Undang-undang tentang Manajemen Bencana dan Keselamatan, mereka yang ingin menyelenggarakan festival lokal dengan kehadiran lebih dari 1.000 orang atau lebih, harus menyusun rencana dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk manajemen keselamatan dan memberitahu pihak berwenang setempat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat