androidvodic.com

TGB Zainul Majdi Pilihan Ideal Jokowi Jadi Kemendikbudristeki Jika Ada Reshuffle Kabinet - News

TGB Zainul Majdi Jadi Kemendikbudristek, adalah Pilihan ideal Jokowi di resuffle Kabinet

Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc., M.A*

News - Isu penggabungan Kemendikbud dan Kemenristek membawa optimisme baru berupa peluang Nadiem Makarim layak diganti. Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusa Farchan, mengatakan Nadiem layak di-reshuffle karena dinilai tidak memiliki visi yang jelas dalam menata ulang sistem pendidikan nasional sebagai pembentukan karakter bangsa. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komaruddin, memiliki pandangan serupa. Baginya, Nadiem layak untuk dikocok ulang dan mencari menteri lain yang lebih ahli mengurus pendidikan. Pertanyannya, siapa yang layak?

Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Madji adalah salah satu nama yang layak. Hingga hari ini, karakter bangsa yang belum sepenuhnya terbentuk adalah rasa nasionalisme. Isu politik nasional masih selalu dihantui oleh radikalisme. Kampus-kampus Negeri malah terpapar radikalisme. Para rektor terpaksa harus dipilih presiden langsung, karena mereka diragukan dan sering memproduksi kaum muslim radikal.

Pada bulan Februari sampai April 2019, lembaga Setara Institut melakukan riset terhadap 10 Perguruan Tinggi Nasional (PTN) di Indonesia yang terpapar gerakan keagamaan ekslusif. Muncullah nama-nama kampus berikut ini: Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Institut Teknologi Bandung, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, dan Universitas Mataram.

Direktur Riset Setara Institute, Halili, mengatakan bahwa ITP dan IPB adalah kasus yang paling berat. Wacana dan gerakan keagamaan ekslusif ini tidak hanya digencarkan oleh satu kelompok melainkan oleh beberapa kelompok secara massif, yaitu Salafi-Wahhabi, Tarbiyah, dan Tahririyah. Seperti dikatakan Yusa Farchan, Nadiem Makarim memang tidak punya visi yang jelas. Terbukti, Pada tahun 10 April 2020, saat Nadiem sudah menjabar Mendikbud, masih ada seorang mahasiswa berinisial N (26) ditangkap oleh Polisi di Pemalang atas tuduhan terorisme.

Peran TGB Zainul Madji di “Kemendikbudristek” cukup strategis, sebagai lokomotif gerakan Islam Wasathiah. TGB ini tidak dapat semata-mata dibaca sebagai sosok personal, melainkan representasi atau perwakilan spirit Al-Azhar. Pada 17 Oktober 2019, TGB menerima penghargaan dari Grand Syekh Imam Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Thayyib, karena dinilai telah sukses mengukuhkan Islam Wasathiah di Indonesia. Di hari-hari mendatang, isu radikalisme akan terus menghantui karakter bangsa dan karenanya kehadiran TGB pasti bisa mewarnai dunia pendidikan nasional kita.

Jika pun Kemendikbudristek dipahami sebagai subsistem birokrasi, tentu rekam jejak TGB tidak diragukan, karena sudah malang melintang di dunia birokrasi dan pemerintahan. Pada periode 2004-2009, TGB pernah terpilih sebagai anggota DPR di Senayan di Komisi X yang membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian dan kebudayaan. Saat itu, ia berangkat dari fraksi Partai Bulan Bintang (PBB). Pada tahun 2008, TGB terpilih sebagai Gubernur NTB yang diusung oleh PBB dan PKS. Dengan kata lain, TGB sngat paham problem pendidikan, legislasi, dan pengalaman sebagai eksekutif sebagai Gubernur yang tentunya diantaranya mengurusi pendidikan di Tingkat provinsi.

Jejak rekam semacam itu menyadarkan kita semua tentang pentingnya seorang Mendikbudristek nanti, yang tidak semata mewakili kelompok tertentu, tetapi harus bisa diterima oleh semua kelompok. TGB bukan semata-mata diterima oleh kalangan PKS dan PBB, melainkan di lingkungan NU dan Muhammadiyah, sosoknya yang “alim allamah” terkenal akomodatif bagi semua kelompok. Di samping itu, dirinya menjadi pendukung loyalis Jokowi secara total dan tulus, baik sebelum dan sesudah jadi presiden.

Salah satu contohnya, pada tahun 2019, Jokowi dituding melakukan kriminalisasi terhadap ulama. TGB Muhammad Zainul Madji hadir sebagai tameng, pembela, dan adil dalam memetakan duduk persoalan. Menurut TGB, tuduhan Jokowi mengkriminalisasi ulama tidak berdasar. Bahkan, TGB menyerang balik para penuding itu dan mempertanyakan peran mereka ketika Pimpinan FPI Rizieq Shihab dipenjara tahun 2003 dan 2008 masa kepemimpinan SBY. TGB tidak diragukan lagi sebagai loyalis Jokowi dengan selalu mengcounter isu miring tentangnya, dengan menawarkan pendekatan Islam Moderat.

Keuntungan lain bagi bangsa dan negara adalah peluang mentandemkan TGB dan Gus Yaqut (Menag), yang akan saling melengkapi satu sama lain. Gus Yaqut dalam kapasitasnya sebagai Menag dinilai sebagai seorang ulama muda dan pemimpin Gerakan Pemuda (GP) Ansor NU yang bersama-sama KH Yahya Cholil Staquf, Katib Aam Syuriah NU, telah menggerakkan dan mempromosikan konsep gerakan Islam humanis berdasarkan prinsip-prinsip toleransi, pluralisme, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. TGB dan Gus Yaqut adalah tandem ideal.

Catatan penting lainnya, TGB adalah representasi Nahdlatul Wathan. Penunjukan TGB sebgai Kemendikbudristen akan menjadi pilihan tepat, karena akan memberikan kesempatan bagi ormas lain di luar dua ormas besar seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, karena keduanya sudah sama-sama pernah mencicipi posisi Kemendikbud. Ini adalah kesempatan menunjukkan bahwa politik di Indonesia memberikan ruang bagi siapapun selama memiliki rekam jejak yang positif.

Hal penting lainnya adalah TGB terbukti sanggup berselancar dalam kerasnya pertarungan politik Pilpres 2019. Bahkan, Koorbid Keummatan DPP Partai Golkar itu menjadi salah satu komunikator Jokowi-Ma’ruf Amin yang handal. Publik yang tak percaya dan cenderung apatis pada Presiden bisa mendapat penjelasan yang tepat.

Ketika ada isu soal agama, TGB mendinginkan situasi. Salah satu pernyataannya yang cukup baik adalah "jangan sampai kontestasi politik merusak persaudaraan". Karena menurut TGB, persaudaraan adalah aset tak terlihat milik Indonesia. Oleh karena itu TGB aktif menyebarkan pesan persaudaraan mulai dari Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, bahkan hingga Pulau Sulawesi. Diantara ajakan TGB adalah agar masyarakat meletakkan politik secara wajar itu sudah tepat.

Selain itu, sebagai ketua Umum PB Nahdlatul Wathan (PBNW), ia sanggup berjejaring baik dengan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, ataupun organisasi masyarakat lainnya. Dengan lintas agama juga seolah tidak ada sekat. Pertemuannya dengan banyak ulama sepuh, mengisyaratkan TGB bisa diterima semuanya.
Wallahu a’lam bis shawab.

*Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon*

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat