androidvodic.com

Era Kebangkitan Turki Usmani dan Kejayaan Islam Global - News

Era Kebangkitan Turki Usmani dan Kejayaan Islam Global

Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli, Lc.MA.*

News - Bosphorus Terrace Restaurant tempat saya dan santri alumni Pesantren Bina Insan Mulia makan-makan bukan tanpa alasan. Tempat ini sangat dekat dengan banyak situs bersejarah Turki Usmani. Harbiye Askeri Müze ve Kültür Sitesi Komutanlığı berada sangat dengan dengan restoran kami. Hanya butuh 3 menit atau 1,1 km untuk sampai tujuan.

Melalui jalan Taşkışla Cd., lalu menikung ke arah jalan Mim Kemal Öke Cd., terus menikung ke kiri maka kita akan sampai ke Harbiye Military Museum and Cultural Site Command, Halaskargazi, Vali Konağı Cd. No:2, 34367 Şişli/İstanbul, Turki

Mengapa begitu penting membahas Harbiye Askeri Müze ve Kültür Sitesi Komutanlığı ini, tidak lain karena museum militer dan kebudayaan tersebut menyangkut sejarah kebangkitan Turki Usmani. Museum militer dan kebudayaan ini didedikasikan untuk mengenang seribu tahun sejarah kemiliteran Turki

Dalam konteks museum militer di dunia, Museum Militer Istanbul ini adalah nomor pertama. Publik dapat berkunjung sebagai wisatawan kecuali hari liburnya Senin dan Selasa. Kata Harbiye merupakan derivasi dari bahasa Arab (Harb; Perang). 

Dengan begitu, Distrik Harbiye tempat Harbiye Askeri Müze ve Kültür Sitesi Komutanlığı pada mulanya adalah lokasi akademi militer Turki Usmani, dan sampai sekarang Harbiye masih merupakan tempat instalasi militer yang penting.

Kebangkitan Turki Usmani bisa ditelusuri sampai pada putra mahkota Murad II, yaitu Mehmed Sang Penakluk (1432-1481). Ia berhasil menaklukkan Konstantinopel pada 29 Mei 1453. Tumbangnya Konstantinopel berarti akhir sejarah Kekaisaran Bizantium.

Baca juga: Selat Bosporus Turki, Kenangan Indah yang Membawa pada Kejayaan Masa Silam

Terkait kebijakan agama, Mehmed mengizinkan Gereja Kristen Ortodoks tetap memiliki otoritas dan tanah mereka sebagai bentuk tukar guling dengan penerimaan mereka atas otoritas Turki Usmani. Mayoritas kaum Kristen Ortodoks ini menerima kekuasaan Turki Usmani (Norman Stone, in. Marck Erickson dan Ljubica Erickson, Russia War, Peace and Diplomacy, 2005:94). 

Turki Usmani pada gilirannya tidak saja menaklukkan negeri orang-orang non-muslim, melainkan juga mengembangkan kekuasaannya ke wilayah kerajaan muslim lainnya. Misalnya, Sultan Salim I (1470-1520) yang dikenal sabagai Salim Yang Tegas berhasil menaklukkan Kerajaan Safavi Iran yang dipimpin oleh Shah Ismail melalui Perang Chaldiran tahun 1514. 

Sultan Salim I juga menaklukkan Mesir yang dikuasai Kesultanan Mamluk yang dipimpin Al-Asyraf Tuman Bay II melalui Perang Ridaniya tahun 1517, dan membangun kekuatan angkatan laut untuk menguasai Laut Merah (Samir Gharib, The Soul of Old Cairo, 2000: 6). 

Setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel sebagai Ibukota Kekaisaran Romawi Timur (pecahan Bizantium), Iran, dan Mesir, maka Turki Usmani memiliki musuh barunya, yaitu Kekaisaran Portugis (Andrew C. Hess, The Ottoman Conquest of Egypt (1517) and the Beginning of the Sixteenth-Century World War, 1973: 55–76).

Mengapa Turki Usmani harus menghadapi Kekaisaran Portugis? Sebab, Kekaisaran Portugis sudah berhasil mengontrol Samudera India berkat keberhasilan pelayanan Vasco da Gama (1460-1524). Bahkan, Goa yang merupakan pantai barat India jatuh ke Portugis tahun 1510.  

Kekuasaan Portugis di Samudera India merasa terancam oleh Kekuasaan Turki Usmani di Laut Merah, apalagi kota-kota di Semenanjung Arabia seperti Hijaz dan Tihamah dan India bergabung ke Turki Usmani. Artinya, sejak Turki Usmani berkuasa di Laut Merah sejak itulah Kekaisaran Portugis merasa terganggu. Permusuhan pun muncul.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat