androidvodic.com

Kerawanan Pangan Bisa Menuntut Repon yang Mendesak - News

Oleh: Prof. Raymond R. Tjandrawinata

News - Dunia sedang dihantui berbagai krisis. Setelah krisis harga-harga meningkat karena pandemi dan perang Rusia-Ukraina, sekarang perang lain berkecamuk di Timur Tengah.

Namun krisis global yang tak kalah pentingnya dan sedang mengintai dunia akan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang besar, yaitu krisis kerawanan pangan.

Baca juga: BKKBN Evaluasi Program Penurunan Stunting di Wilayah Perbatasan, Pesisir, dan Rawan Pangan

Krisis kelaparan, malnutrisi, dan kerawanan pangan.

Krisis kerawan pangan yang sedang berlangsung menuntut respons yang mendesak.

Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kemiskinan, konflik, bencana alam, dan perubahan iklim.

Hujan es yang berlangsung selama 10 hari di tiga Kampung di Distrik Agadugume, Kabupaten Puncak mengakibatkan tanaman di kebun warga membusuk dan mati. kurang lebih 10000 penduduk yang mendiami tiga kampung tersebut terancam mengalami rawan pangan akibat peristiwa ini.
Hujan es yang berlangsung selama 10 hari di tiga Kampung di Distrik Agadugume, Kabupaten Puncak mengakibatkan tanaman di kebun warga membusuk dan mati. kurang lebih 10000 penduduk yang mendiami tiga kampung tersebut terancam mengalami rawan pangan akibat peristiwa ini. (Kompas/ IST)

Menghadapi penderitaan besar di seluruh dunia, kita membutuhkan pemerintah di belahan dunia manapun bersedia dan mampu menawarkan solusi.

Menurut Program Pangan Dunia (WFP), 333 juta orang menghadapi kerawanan pangan akut pada tahun 2023, naik dari 78 juta orang pada tahun 2015.

Hal ini berarti mereka tidak mampu mendapatkan pangan yang cukup untuk diri mereka sendiri atau keluarga mereka. WFP juga memperkirakan 129.000 orang diperkirakan akan mengalami kelaparan di berbagai negara Afrika pada tahun 2023 ini. Krisis kelaparan global telah menjadi kritis.

Secara global, diperkirakan sekitar 345 juta orang menghadapi tingkat kerawanan pangan akut.

Tahun ini, jumlahnya naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2020, dimana 45 juta anak di bawah lima tahun menderita kekurangan gizi akut.

Hingga dua juta dari anak-anak itu meninggal setiap tahun dan perubahan iklim yang menaikkan suhu rata-rata dunia serta konflik kekerasan membuat masalah menjadi lebih buruk.

Lebih dari 50 negara yang hidupnya telah hancur oleh konflik dan krisis seperti perubahan iklim.

Dunia harus melangkah lebih jauh

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat