androidvodic.com

Nyadran Bareng Sedulur Sagan, Mikul Dhuwur Mendhem Jero - News

TRIBUNNERS - Tradisi Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha”yang artinya keyakinan.

Tradisi Nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal.

Tradisi yang dilakukan oleh orang jawa yang dilakukan di bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa) untuk mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa.

Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian, juga dijadikan sebagai sarana guna melestrikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).

Pada hari Minggu, (10/03/2024) masyarakat Sagan yang terdiri dari Kampung Sagan Kelurahan Terban, Gondokusuman, Yogyakarta dan Kampung Sagan Caturtunggal Padukuhan Sagan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta melaksanakan acara Adat Kirab Budaya Nyadran Kampung Sagan.

Acara berlangsung dengan meriah mulai dari pukul 08.30-12.00 WIB melibatkan kurang lebih 600 orang yang ikut terlibat dalam kirab budaya nyadran.

Acara ini bertujuan untuk Nguri-uri Tradisi Leluhur Nyadran yang sudah ada sejak zaman dahulu.

Kali ini Nyadran di Kampung Sagan Dengan ” MIKUL DHUWUR MENDHEM JERO “.

Tradisi Nyadran tahun 2024 ini awal dilakukan pada tanggal 3 Maret 2024 dengan kegiatan BESIK MAKAN (Makam Reso, Makam Purbo, Makam Carang Soka, Makam Bendho) dan penutup rangkaian kegiatan nyadaran dilakukan pada tangga 10 Maret 2024 Kirab Budaya, Nyekar Bareng, Kajian Nyadran, Doa Bersama.

Hadir dalam acara ini Bapak Agus Herayanto Selaku Ketua Kampung Sagan Kota Yogyakarta dan Bapak Muh. Dimyati PJ Dukuh Sagan Kalurahan Caturtunggal Kapanewon Depok, Sleman, Babinsa dan Babin KamtibmasKalurahan Terban.

Acara diawali dengan Pelepasan burung merpati sebagai tanda mulainya Kirab Budaya Nyadran yang membawa 3 Gunungan: Gunungan Apem, Gunungan Sayur dan Gunungan Buah serta berbagai makanan mulai dari Ingkung, tumpeng dan jajanan jadul.

Dalam sambutannya, Agus Herayanto menyampaikan Sangat berbahagia Kampung Sagan masih memiiki tradisi leluhur yang dilestarikan sampai sekarang ini dan melibatkan Kampung Sagan yang ada di kota Yogyakarta dan Kampung Sagan yang ada di Sleman.

Keunikan tersendiri 2 Kampung yang berada di wilayah Kabupaten dan Kota Madya Yogyakarta. Dan tradisi ini akan seterusnya dipertahankan dan dilestarikan.

Di sela kesibukan mendampingi tamu undangan, Nirmala selaku ketua panitia kegiatan ini mengatakan bahwa maksud diadakannya tradisi nyadran tersebut sebagai bentuk upaya Nguri-uri tradisi leluhur serta meletarikan budaya yang adiluhung agar kedepan bisa dikemas lebih baik lagi, juga sebagai upaya mendoakan para leluhur yang telah meninggal dunia.

Adat tradisi nyadran tidak hanya melibatkan umat yang beragama Islam saja, tetapi pemeluk agama lain juga terlibat.

Dalam tradisi nyadran mengandung nilai-nilai budaya dan kebersamaan, dengan tradisi nyadran pula diharapkan akan terpupuk rasa kebersamaan dan meningkatkan kerukunan umat beragama.

Terihat dari kehadiran para Suster Rumah Sakit Panti Rapih mewakili umat Katholik, Tokoh agama Kristen Protestan dan Tokoh Umat Hindu dengan melakukan Doa Bersama Lintas Agama.

Ke depan, tambah Nirmala, Adat tradisi nyadran akan dikemas lebih menarik lagi, misalnya dengan beberapa hiburan rakyat dengan potensi yang dimiliki warga kampong Sagan, dan tidak tertutup kemungkinan melibatkan kesenian dari masyarakat sekitar kampong Sagan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat