androidvodic.com

Asosiasi Perusahaan Efek: Fintech Jadi Ancaman Serius Bagi Bisnis Sekuritas - News

Laporan Wartawan News, Syahrizal Sidik

News, BALI — Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), menilai seiring pengan terus berkembangnya perusahaan teknologi finansial atau fintech menjadi ancaman bagi profesi pialang saham atan broker pada perusahaan Sekuritas.

Sebeb, saat ini, dengan perkembangan digital, setiap investor telah memiliki akses terhadap transaksi di pasar modal. Bukan tidak mungkin profesi pialang akan tergantikan dengan kehadiran teknologi seperti sekarang ini.

"Masing - masing orang sudah punya single investor identification (SID), bukan tidak mungkin suatu saat fungsi broker tidak ada lagi kecuali dia pemegang saham. Fungsi itu hilang digantikan oleh teknologi,” ungkap Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) John C.P Tambunan di Denpasar, Bali, Jumat (15/12/2017).

Dia menyebut, kehadiran teknologi finansial saat ini terus berkembang dan menjadi sesuatu yang menarik. Oleh karena itu, APEI meminta otoritas terkait pasar modal dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) perlu menyoroti perkembangan fintech itu.

APEI mengharapkan regulator bursa efek bisa mengakomodasi peraturan-peraturan terkait teknologi digital.

“Kehadiran fintech, tidak dapat dianggap remeh, karena saat ini tren trasaksi saham di bursa 60 persen itu dilakukan oleh investor domestik,” ujar Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Octavianus Budiyanto di sela acara pelatihan wartawan pasar modal.

Baca: Kebijakan Bank BRI soal Nikah Sekantor

Baca: Anies Baswedan Belum Pastikan Penyelenggaraan Natal Bersama di Monas

Saat ini, APEI juga sudah bertemu dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan untuk menjadi penenangah selaku regulator pasar modal.

“Kita sudah melakukan hearing dengan OJK dalam hal ini pak Hoesen, dan beliau sangat setuju bahwa fungsi intermediate di sini harus dikuatkan," jelas dia.

APEI meminta OJK tidak hanya memerhatikan dari sei peraturan saja, namun yang lebih penting adalah kesiapan dari infrastruktur teknologi dan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam menghadapi gempuran teknologi digital.

"Ini tugas kita melakukan konversi, masyarakat selama ini lebih sifatnya saving account harus kita ubah menjadi investment account. Tapi kita harus ingatkan juga jangan sampai uang jangka pendek untuk investasi , ini tidak tepat juga," ungkapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat