androidvodic.com

Transisi Bisnis Era Normal Baru Jadi Waktu Tepat Rintis Bisnis di Bidang Ekonomi Digital - News

Laporan Wartawan News, Eko Sutriyanto

News, JAKARTA - Kebijakan PSBB transisi yang pemerintah terapkan diharapkan mampu memulihkan bisnis kuliner, yang sempat terpuruk beberapa bulan belakangan.

Namun, menurut Vinnie Kinetica Rumbayan, CEO dari Broadway Group Jakarta, yang terjadi justru sebaliknya, yakni tantangan bagi bisnis kuliner akan semakin besar yakni penurunan jumlah pengunjung.

Apalagi berdasarkan data survei dari Gabungan Pengusaha Industri Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), industri makanan-minuman yang penjualannya diperkirakan akan turun 20-40%

"Prediksi penurunan pertumbuhan bisnis kuliner ini juga sejalan dengan imbauan pemerintah bagi industri restoran untuk mengurangi kapasitas sebanyak 50% pengunjung dari waktu sebelum masa pandemi COVID-19," kata Vinnie Kinetica dalam keterangannya, Sabtu (11/7/2020).

Baca: 3 Kuliner Khas Manado yang Cocok untuk Menu Sarapan Pagi Ini

Kondisi ini menjadi titik balik bagi Broadway Group untuk yang mengelola restoran dan kafe bernama Ms.Jackson dan Lei Lo sejak tahun 2010.

"Kami mulai melirik kesempatan yang muncul setelah pandemi, misal, inovasi digitalisasi model bisnis dalam menyambut new normal, bahkan merintis bisnis yang bergerak di bidang ekonomi digital," katanya.

Vinnie mengaku keputusan ini juga diambil setelah beliau melakukan banyak diskusi dan bertukar pikiran dengan gabungan pengusaha muda, terkait tantangan bagi pengusaha muda dalam menghadapi masa kenormalan baru ini.

Inovasi digitalisasi ini membuat Broadway Group belum akan membuka dua restoran dan kafenya meski saat ini telah memasuki masa transisi.

“Kami belum berencana membuka Ms. Jackson hingga sebulan ke depan tapi ini jadi momentum yang tepat bagi kami untuk membangkitkan semangat tersebut dengan melakukan gebrakan bisnis baru," katanya.

Baca: Masa PSBB, Karaoke Reff Tetap Beroperasi, Digerebek Oleh Satpol PP

Belum lama ini, Broadway Group menginisiasi sebuah diskusi untuk membentuk sebuah aktivitas atau gerakan yang mampu mendorong dan mengimbau seluruh milenial, khususnya yang memiliki usaha/bisnis di bidang digital, agar mengambil kemudi untuk memajukan ekonomi digital di era normal baru.

Beberapa influencer dan pengusaha muda seperti Karin Novilda hadir dan turut mendukung kegiatan ini.

Karin Novilda mengatakan, kebangkitan Indonesia pasca dihantam gelombang pandemi tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah.

Masyarakat juga dapat berpartisipasi dengan saling membantu untuk sama-sama bangkit dari keterpurukan.

"Salah satu penggeraknya adalah kaum milenial. Kaum milenial diharapkan untuk optimistis menghadapi tantangan pandemi Covid-19 dan bersiap menyambut kondisi new normal pasca pandemi,” kata Karin Novilda.

Indonesia akan menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Artinya, sebanyak 130 juta jiwa yang berusia produktif dapat mengambil kesempatan baru untuk mengembangkan bisnis di era digital.

Milenial menjadi kunci utama atas kesiapan sumber daya manusia dalam mengimplementasikan ekonomi digital di Indonesia.

Dalam menyongsong era industri digital, pemerintah juga menargetkan terciptanya 1.000 technopreneur pada tahun 2020, dengan valuasi bisnis mencapai US$ 100 miliar dan total nilai e-commerce sebesar US$ 130 miliar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat