Ekonom Chatib Basri Ungkap Risiko Ketimpangan Pendapatan Setelah Pandemi - News
Laporan Wartawan News, Yanuar Riezqi Yovanda
News, JAKARTA - Ekonom Chatib Basri mengungkapkan ada risiko ketimpangan pendapatan masyarakat setelah pandemi dengan membentuk pola K-shape pemulihan ekonomi.
Dia menjelaskan, pemulihan berpola K-shape yakni ada yang dari tengah, naik ke atas dan ada yang dari tengah, turun ke bawah.
"Pola pemulihan ekonomi yang ini saya kira kita perlu memperhatikan dengan baik. Bentuknya seperti huruf K, yang saya bicarakan adalah ada risiko bahwa setelah pandemi ini akan ada ketimpangan pendapatan," ujarnya dalam video conference, Minggu (28/3/2021) malam.
Baca juga: Politisi Partai Gerindra: Larangan Mudik Bertentangan dengan Semangat Pemulihan Ekonomi
Menurut dia, ada kesamaan dampak ekonomi akibat pandemi di Indonesia dan India karena orang kelas menengah bawah tetap harus keluar rumah untuk bekerja.
Baca juga: Mendagri Bilang Pandemi Belum Selesai, Jangan Hanya Bicara Pemulihan Ekonomi
"Bahwa dalam kasus di Indonesia atau di India ya, misalnya hanya orang kaya yang bisa nganggur. Mereka yang miskin pasti kerja, kerja apa saja kalau tidak ya tidak bisa hidup," kata Chatib.
Sementara, komisaris utama PT Bank Mandiri Tbk ini menambahkan, orang kaya masih bisa tinggal di rumah karena punya tabungan.
"Saya katakan itu social distancing bias kepada kelas menengah atas. Risikonya adalah ketimpangan pendapatan dan mereka yang bertahan itu ke era digital," pungkasnya.
Terkini Lainnya
Chatib Basri mengungkapkan ada risiko ketimpangan pendapatan masyarakat setelah pandemi dengan membentuk pola K-shape pemulihan ekonomi.
Tantangan Koperasi dan UMKM Memasuki Revolusi Industri 5.0, Ini Komitmen PDIP
BERITA TERKINI
berita POPULER
Pengusaha Mal Nilai Peraturan Pembatasan Impor RI Tak Mampu Tangani Masalah Sesungguhnya
Tingkatkan Produksi Migas Nasional, Kepala SKK Migas Inspeksi Langsung Proyek FPSO Marlin Natuna
Tren Pembobolan Data, Ini Jurus BNI Pastikan Keamanan Para Nasabah
Soal Rencana Bea Masuk 200 Persen, Mendag Sebut Masih Dihitung, Bisa 50 Persen
Mendag Sebut 7 Industri yang Jadi Perhatian Khusus