androidvodic.com

Oknum Seller di Online Shop Memang Ada yang Manfaatkan Celah COD untuk Tipu Konsumen - News

Laporan Wartawan News, Fandi Permana

News, JAKARTA - Sering bermasalahnya metode pembayaran melalui Cash on Delivery (COD) akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di jagat media sosial.

Beberapa video yang memperlihatkan kemarahan pembeli yang komplain kepada kurir akibat barang yang diterima tak sesuai pesanan.

Tak jarang, aksi itu berujung pada tindak kekerasan fisik dan kata-kata makian kepada kurir yang tak tahu menahu isi dari paket yang diantar.

Praktisi media sosial Enda Nasution berpendapat,  adanya perbedaan persepsi antara logika penjual dan pembeli dalam sistem COD. Kebanyakan pembeli saat ini beranggapan bahwa kurir bertanggung jawab atas barang yang diantar.

"Menurut saya ada gap antara logika pembeli dan logika penjual. Dari sisi pembeli tentu kita memilih COD karena lebih aman dalam arti kita cek dulu barangnya baru kemudian kita bayar. Tapi dari prosedur yang ada di marketplace dan juga yang dimengerti oleh kurir cash on delivery adalah pembayaran cash ketika delivery dilakukan bukan pada saat barang dicek," ujar Enda kepada News melalui pesan singkat, Rabu (26/5/2021).

Baca juga: Layanan COD Bermasalah, Begini Cara Ajukan Komplain Jika Barang yang Diterima Tak Sesuai Pesanan

Enda menambahkan, konflik yang terjadi antara pembeli dan kurir juga disebabkan ulah oknum penjual (Seller) yang berniat menipu konsumen. Sehingga eskalasi konflik dalam sistem COD sepenuhnya dilimpahkan kepada kurir.

Baca juga: Ketua Umum Asperindo Sayangkan Pelanggan Memaki-maki Kurir COD di Video Viral

"Ini yang membuat jadi ada gap dan kemudian timbul konflik yang di eskalasi juga bahwa ada kasus-kasus di mana penjual melakukan penipuan dan juga sebenarnya ada kasus-kasus di mana pembeli menolak bayar padahal barang sudah sampai," ujarnya.

Baca juga: Kisah Kurir yang Rugi Rp 15 Juta, Motor & Paket yang Hendak Dikirim Terbakar, Warga Kumpulkan Donasi

"Jadi, langkah edukasi itu sebenarnya bisa membantu tapi belum tentu diikuti juga oleh praktek di lapangan ketika pembeli tentu ingin lihat dulu barangnya baru kemudian membayar karena itu yang seolah-olah dijanjikan dengan sistem COD," jelas Enda.

Ini Solusinya

Enda mengusulkan, untuk mengatasi permasalahan pada sistem pembayaran COD diperlukan pembagian tugas yang jelas antara penjual dan kurir.

Sebab dalam sistem COD kurir yang sejatinya hanya mitra pengantaran barang yang dipilih seller, faktanya bertanggung jawab pula atas pembayaran di tempat.

Kurir harus mendapatkan kompensasi lebih dari setiap order pengantaran paket yang dilakukan dengan metode COD.

"Jadi menurut saya kuncinya sebenarnya adalah di kurir, di mana kurir bukan hanya bertindak sebagai pengantar paket dalam hal ini tapi juga bertindak sebagai kasir penerima pembayaran. Selain itu kurir juga bertindak sebagai customer service yang mewakili penjual melayani pembeli apabila ditemukan komplain di lapangan," tuturnya.

"Sehingga kurir harusnya mendapatkan kompensasi lebih karena tugasnya atau jobdesknya bukan hanya sebagai kurir dalam hal ini. Dia juga bertanggung jawab atas segala komplain yang mungkin bisa terjadi setiap saat," imbuh Enda.

Menurut Enda, potensi konflik yang terjadi antara pembeli dan kurir bisa diredam apabila kurir mendapat bekal pelatihan yang cukup.

Sebab, beban dan tugas kurir yang sangat berat membutuhkan pemahaman yang cukup serta harus diberikan kompensasi lebih dari setiap metode pembayaran COD.

"Insiden ini sebenarnya bisa diredam apabila pembeli sudah teredukasi dan mitra kurir dibekali dengan training dan juga tips dan juga mungkin cara yang pas untuk melayani pembeli."

"Karena beban yang diemban kurir sangat berat, harus ada kompensasi lebih bagi kurir karena mereka dituntut harus bisa menjelaskan kepada pembeli bagaimana seharusnya melakukan sistem COD," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat