androidvodic.com

Rusia-Ukraina Perang, Bagaimana Dampak Terhadap Perekonomian dan Pasar Finansial Indonesia? - News

 Laporan Wartawan News, Ismoyo

News, JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin menginstruksikan operasi militer di Ukraina Timur. Sebelumnya, Putin telah mengakui dua wilayah separatis, Donetsk dan Luhansk, sebagai negara merdeka.

Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan mengungkapkan, efek konflik Rusia-Ukraina terhadap pasar langsung memang menunjukkan reaksi negatif. Indeks pasar keuangan di berbagai negara menunjukkan penurunan. 

Kemudian harga minyak dan emas mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena Rusia merupakan salah satu pengekspor energi, produk pertanian, dan logam terbesar di dunia.

Baca juga: Ukraina Dikabarkan Punya Ribuan Senjata Nuklir, Tapi Tak Bisa Digunakan untuk Menyerang Rusia

Peningkatan ketegangan diprediksi akan memicu kenaikan harga energi dan berbagai komoditas serta nilai tukar dolar AS, yang tentunya akan berdampak pada peningkatan inflasi. 

“Efek domino dari peningkatan inflasi di tengah tingginya angka inflasi global akhir-akhir yaitu memicu terjadinya kenaikan imbal hasil US Treasury, yang akan berdampak terhadap pasar finansial dunia,” ujar Katarina dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (24/2/2022).

Dirinya kembali menjelaskan, berdasarkan pengalaman sebelumnya, dampak perang terhadap perekonomian akan berbeda-beda.

Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dampak perang terhadap pasar, yaitu negara yang terlibat dalam peperangan, skala dan periode perang, serta kondisi perekonomian negara-negara yang terlibat dan kawasan konflik.

Sebagai contoh, perang dunia kedua (PD II) memiliki dampak yang jauh lebih besar dibandingkan perang di Syria pada 2017. 

Sebab, PD II melibatkan banyak negara dan berlangsung dalam periode yang panjang.

Baca juga: Rusia Klaim Hancurkan 74 Fasilitas Militer Ukraina dan Kuasai Bandara Militer 36 Kilometer Dari Kiev

“Dibandingkan perang dunia kedua, ketegangan antara Rusia dengan Ukraina lebih terbatas dari segi wilayah, sehingga dampaknya diprediksi akan relatif terbatas,” papar Katarina.

“Untuk dampak terhadap pasar finansial (biasanya) akan lebih singkat dibandingkan dampak terhadap perekonomian. Ketika Korea Utara melakukan invasi ke Korea Selatan selama tiga tahun, sejak 25 Juni 1950 hingga 27 Juli 1953, dalam 23 hari pasar finansial global turun sampai ke titik terendah, namun kemudian kembali pulih dalam 82 hari,” lanjutnya. 

Katarina juga menjelaskan dampak ketegangan Rusia dan Ukraina terhadap Asia dan Indonesia

Kawasan Asia memiliki tingkat inflasi yang jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat.  Sehingga, inflasi masih akan tetap berada dalam kisaran yang terkendali di tengah dampak kenaikan harga energi dan berbagai komoditas.

Perekonomian dan pasar finansial Indonesia akan relatif lebih terkendali atau cepat pulih dari dampak konflik Rusia dan Ukraina

Inflasi Indonesia yang masih relatif rendah, pada kisaran 2,18 persen, diperkirakan akan tetap terjaga di bawah 4 persen yang merupakan rentang atas acuan Bank Indonesia.

Selain itu, sebagai negara produsen dan eksportir energi, komoditas, dan logam terkemuka di dunia, Indonesia juga diuntungkan dari kenaikan harga produk-produk tersebut. 

“Fundamental perekonomian Indonesia yang kuat, antara lain ditunjukkan dengan surplus neraca transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, nilai tukar rupiah yang stabil, dan perbaikan pertumbuhan ekonomi, membuat Indonesia lebih resilien menghadapi goncangan jangka pendek dari ketegangan geopolitik ini,” pungkas Katarina.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat