androidvodic.com

Agresi Militer Rusia ke Ukraina Picu Bursa Global Rontok Tapi IHSG Malah 'Kinclong', Kok Bisa? - News

News, JAKARTA - Agresi militer pasukan Rusia ke Ukraina telah memasuki pekan kedua.

Gara-gara tindakan yang menyebabkan peperangan di Ukraina tersebut harga komoditas dunia secara signifikan mengingat Rusia adalah produsen komoditas-komoditas utama seperti minyak, gas alam, nikel, gandum, dan minyak biji bunga matahari.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, batu bara, tembaga, dan palladium juga mencapai harga tertinggi sepanjang masa, dengan minyak dan nikel menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 10 tahun terakhir.

Baca juga: IHSG Sesi I Ditutup Menuat Tipis ke 6.869, Investor Asing Buru Saham ANTM, INCO dan ASII

Kondisi ini membuat para pelaku pasar mengkhawatirkan terjadinya potensi stagflasi yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Bahkan negara-negara perekonomian maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan zona Eropa, telah mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak kuartal III 2021 lalu.

Demikian pula dengan kinerja bursa di Asia Pasifik, di mana sebagian besarnya terpuruk.

Namun hal itu tidak terjadi di Indonesia, kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) justru "kinclong" dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

“Tetapi Indonesia justru akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga batu bara, nikel, dan CPO, mengingat terdapat potensi peningkatan capital inflow.

Baca juga: IHSG Sesi I Ditutup Turun Tipis ke 6.868, Investor Asing Catat Beli Bersih Saham Rp 521,39 Miliar

Di sisi lain, kebijakan pengetatan dari Federal Reserve (The Fed) yang tidak terlalu agresif mulai bulan ini tidak akan terlalu berdampak pada terjadinya capital outflow.

Hal ini karena kinerja fundamental makroekonomi Indonesia yang cenderung solid,” ujar Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam Mirae Asset Media Day, Kamis (10/3/2022).

Nafan mengatakan, data makroekonomi Indonesia menunjukkan, tingkat inflasi di tanah air masih terkendali, surplusnya kinerja neraca perdagangan, neraca pembayaran, maupun transaksi berjalan, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun ini secara umum masih cenderung membentuk pola V-shape.

Dia memprediksi, pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal I 2022 akan berada pada 4,87 persen, sementara untuk outlook pertumbuhan ekonomi 2022 diproyeksikan berada pada 5 persen.

Baca juga: Dibuka, IHSG Melemah ke 6.912, Investor Asing Lego Saham BBCA, BBRI dan ITMG

Sedangkan inflasi tahunan Indonesia tercatat 2,06 persen (yoy). Selama bulan Februari, IHSG terus memecahkan rekor tertinggi terbaru, dengan net buy asing di bulan Februari tercatat sebesar Rp 16,1 triliun, dan IHSG berhasil menguat 3,9 persen MoM.

“Walaupun angka Covid-19 sempat mencapai puncak pada pertengahan Februari, namun tidak menghalangi investor asing untuk terus memburu saham-saham di bursa Indonesia, terutama saham perbankan,” tambah Nafan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat