androidvodic.com

Perang Rusia-Ukraina Tak Terlalu Berdampak, BI Sebut Pertumbuhan Ekonomi Domestik Masih Kuat - News

Laporan Wartawan News, Ismoyo

News, JAKARTA - Bank Indonesia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi domestik masih kuat seiring meredanya penyebaran Covid-19 varian Omicron dan meningkatnya risiko geopolitik Rusia-Ukraina.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, prakiraan pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh perbaikan konsumsi rumah tangga dan investasi nonbangunan serta tetap positifnya pertumbuhan konsumsi Pemerintah.

Di sisi eksternal, kinerja ekspor diprakirakan tetap baik, meskipun tidak setinggi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, seiring dampak geopolitik dan tertahannya aktivitas perdagangan global.

Baca juga: Kapolri Minta HIPMI Terus Kawal Seluruh Kebijakan Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19

'Secara spasial, kinerja ekspor yang tetap kuat terutama terjadi di wilayah Jawa, Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), dan Bali-Nusa Tenggara (Balinusra)," ucap Perry dalam keterangannya, dikutip Jumat (18/3/2022).

Sejumlah indikator ekonomi hingga awal Maret 2022 tercatat tetap baik, seperti penjualan eceran, keyakinan konsumen, penjualan semen, dan mobilitas masyarakat di berbagai daerah.

Ke depan, lanjut Perry, kinerja ekonomi diprakirakan tetap baik ditopang oleh akselerasi vaksinasi, kebijakan persyaratan perjalanan yang lebih longgar, pembukaan ekonomi yang semakin meluas, serta berlanjutnya stimulus kebijakan Bank Indonesia, Pemerintah, dan otoritas terkait lainnya.

"Dengan perkembangan itu, pertumbuhan ekonomi pada 2022 diprakirakan tetap berada dalam kisaran 4,7-5,5 persen," papar Perry.

Baca juga: Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Menteri Trenggono Bangun Tambak Udang Terintegrasi di Sumbawa

Bank Indonesia juga mengamati kondisi global.

Bank Sentral menyebutkan bahwa perbaikan ekonomi dunia berlanjut namun berpotensi lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, disertai ketidakpastian pasar keuangan yang meningkat, seiring dengan eskalasi ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina.

Eskalasi ketegangan geopolitik yang diikuti dengan pengenaan sanksi berbagai negara terhadap Rusia mempengaruhi transaksi perdagangan, pergerakan harga komoditas, dan pasar keuangan global, di tengah penyebaran Covid-19 yang mulai mereda.

Pertumbuhan berbagai negara, seperti Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, Tiongkok, dan India berpotensi lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

Volume perdagangan dunia juga berpotensi lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sejalan dengan risiko tertahannya perbaikan perekonomian global dan gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung.

"(imbasnya) harga komoditas global meningkat, termasuk komoditas energi, pangan, dan logam, sehingga memberikan tekanan pada inflasi global," pungkas Perry.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat