androidvodic.com

Kenaikan Suku Bunga The Fed Beri Pukulan ke Perekonomian Indonesia - News

Laporan Wartawan News, Reynas Abdila

News, JAKARTA - The Federal Reserve (The Fed) secara resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5 persen.

The Fed juga menargetkan suku bunga dana federal berada di kisaran 0,75 persen hingga 1 persen.

Kebijakan tersebut ditempuh untuk menetralisir kondisi inflasi AS di manana pada Maret 2022 kenaikan year on year (yoy) inflasi AS telah mencapai 8,4 persen atau rekor tertinggi dalam 41 tahun terakhir.

The Fed pun berencana menyusutkan neraca gemuk mereka yang sudah menyentuh 9 triliun dolar AS mulai 1 Juni 2022 mendatang.

Baca juga: Hingga April 2022, Realisasi Penyaluran Kredit UMKM Bank Mandiri Tembus Rp 109,04 Triliun

Direktur Eksekutif Jubilee USA Network, Eric LeCompte mengatakan dampak kenaikan suku bunga itu juga dirasakan di negara - negara di luar Amerika.

"Kebijakan ini memukul para pemilik toko di Sri Lanka, petani di Mozambik dan keluarga - keluarga di negara - negara miskin di seluruh dunia," ucap Eric dalam keterangan resminya, Jumat (3/6/2022).

Dampak di luar negeri berkisar biaya pinjaman yang lebih tinggi sampai pada nilai mata uang yang menurun (depresiasi)," sambungnya.

Kenaikan suku bunga ini tentunya juga berdampak pada perekonomian Indonesia.

Eric menilai kenaikan suku bunga The Fed akan meningkatkan beban masyarakat Indonesia, di mana bunga KPR, bunga kredit kendaraan bermotor, hingga bunga pinjaman modal usaha akan mengalami kenaikan juga.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan kebijakan suku bunga The Fed akan mendorong larinya aliran modal dari negara berkembang termasuk Indonesia ke AS.

Baca juga: Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Bank Mandiri Tembus Rp 14,4 Triliun hingga April 2022

Hal ini memungkinkan terjadinya capital outflow di mana rupiah akan semakin melemah.

"Bila rupiah melemah, beliau menjelaskan maka beban utang pemerintah akan meningkat karena banyaknya utang pemerintah dalam bentuk mata uang asing," ucap Tauhid.

Sementara CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani menilai kenaikan suku bunga The Fed tentunya akan memberikan dampak kepada Indonesia, salah satunya pada nilai tukar rupiah.

Menurut dia, rupiah akan terdepresiasi atau melemah akan tetapi kekuatan nilai tukar tidak hanya dapat ditentukan oleh faktor global namun juga fundamental ekonomi suatu negara.

“Karena itu, pemerintah dan Bank Indonesia harus bersiap diri. Di sisi APBN, pelemahan rupiah dapat membebani pembayaran hutang dan obligasi dalam dolar," kata Johanna.

"Sedangkan dari sisi moneter BI harus dapat menjaga volatilitas dan arus modal asing sehingga pelemahan rupiah dapat tertahan pada level yang masih tergolong aman," tukas dia.

Ia menambahkan bahwa pemulihan ekonomi dan kuatnya fundamental Indonesia akan tetap menjadi penopang pasar saham dan obligasi Indonesia ke depan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat