androidvodic.com

IHSG Jatuh Setelah Capai Level Tertinggi, Sampai Kapan? - News

Laporan Wartawan News, Yanuar Riezqi Yovanda

News, JAKARTA - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh titik tertingginya sepanjang masa di level 7.372, hal itu tidak berlangsung lama.

Seketika, IHSG dibawa turun gunung, tepat sehari setelahnya, hal yang sama pun terjadi ketika IHSG menyentuh titik tertingginya beberapa bulan yang lalu.

"Berselang 14 hari setelah IHSG menyentuh titik tertingginya, penurunan tajam terjadi kembali yang membuat IHSG terjerembab hingga 6.900. Sementara, kali ini IHSG mengalami penurunan hingga support 7.150," ujar dia melalui risetnya, Senin (19/9/2022).

Menurutnya ada kemajuan di sana, bahwa penurunan IHSG justru menjadi satu moment untuk melakukan akumulasi beli, selama ada optimis dari pelaku pasar dan investor.

Pasar obligasi juga mengalami kenaikkan imbal hasil di tengah potensi pertemuan Bank Sentral The Fed dan Bank Indonesia pekan ini.

Hal ini lah yang membuat beberapa hari terakhir sebelum minggu ini, pasar obligasi mengalami kenaikkan imbal hasil yang cukup signifikan di pasar.

"Kemudian berpotensi akan kembali meningkat pekan ini akibat adanya pertemuan dari The Fed dan Bank Indonesia. Yuk kita cari tahu, seberapa besar dampak dari pertemuan The Fed dan Bank Indonesia ya," kata Nico.

Baca juga: Jumat Siang, IHSG Terperosok 1,68 Persen ke 7.182, ARTO Terpuruk Paling Dalam

Dia menjelaskan, saat ini pelaku pasar dan investor tampaknya mulai khawatir bahwa situasi dan kondisi telah memburuk lebih cepat daripada yang diperkirakan.

Permintaan global terus mengalami pelemahan, dan hal ini disampaikan oleh FedEx sebelumnya kemarin, di mana FedEx mengalami penurunan kapitalisasi pasar hingga 11 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Baca juga: IHSG Rabu Ditutup Terperosok 0,55 Persen ke Level 7.278, HRUM Jadi Top Gainer

FedEx juga akan mengatakan akan menutup 90 lokasi kantor dan 5 fasilitas kantor perusahaan, menunda perekrutan, mengurangi penerbangan dan, membatalkan berbagai proyek.

"Laporan pengiriman sendiri telah mengalami pelemahan di wilayah Asia dan Eropa, yang dimana memang seperti yang kita ketahui bahwa situasi dan kondisi juga sedang tidak baik untuk kawasan Asia dan Eropa untuk saat ini. Hal inilah yang membuat pelaku pasar dan investor khawatir bahwa situasi dan kondisi perekonomian global telah memburuk lebih cepat daripada yang diperkirakan," tutur Nico.

Fokus selanjutnya tentu saja akan berpaling terhadap pertemuan Bank Sentral AS atau The Fed yang akan diadakan mulai hari Selasa nanti.

"Di mana pertanyaannya akan seputar, seberapa besar The Fed akan mulai menaikkan tingkat suku bunganya? 75 basis poin (bps), berada di atas meja. Bisa berkurang bisa saja lebih," pungkasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat