androidvodic.com

Jepang Pertahankan Suku Bunga Rendah di Tengah Sikap Hawkish Bank Sentral Negara Lain - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
News, TOKYO - Bank of Japan mempertahankan suku bunga rendah di tengah sikap hawkish bank-bank sentral lainnya yang melakukan kenaikan suku bunga.

Dikutip dari CNBC, Bank Sentral Jepang juga mengatakan akan membeli sejumlah obligasi pemerintah negaranya untuk menjaga imbal hasil JPG 10-tahun tetap berada di sekitar 0 persen.

Pengumuman ini sejalan dengan prediksi para ekonom dalam jajak pendapat Reuters, yang memperkirakan tidak ada perubahan pada kebijakan moneter Jepang meski mata yang negara itu melayang di posisi terendahnya dalam 32 tahun.

“Bank akan mendukung pembiayaan, terutama dari perusahaan, dan menjaga stabilitas di pasar keuangan, dan tidak akan ragu untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran tambahan jika perlu,” kata Bank of Japan (BoJ), dalam pengumumannya.

Yen Jepang sedikit melemah setelah pengumuman tersebut, berada di sekitar 146,5 terhadap dolar AS. Sementara Imbal hasil JPG 10-tahun berada di 0,246 persen.

Naikkan prospek inflasi 2022

Bank of Japan merevisi proyeksi inflasi konsumen inti Jepang di tahun ini menjadi 2,9 persen, naik dari perkiraan sebelumnya yaitu 2,3 persen.

BoJ juga mengubah perkiraannya untuk inflasi inti pada 2023 menjadi 1,6 persen dari 1,4 persen.

“Masih ada ketidakpastian yang sangat tinggi untuk ekonomi Jepang. Risiko terhadap aktivitas ekonomi condong ke sisi negatifnya. Risiko terhadap harga condong ke atas,” ungkap BoJ dalam pernyataannya.

Namun pejabat BoJ bungkam atas laporan yang menyebut Jepang akan melakukan intervensi kedua untuk mempertahankan mata uangnya.

Baca juga: Inflasi Uni Eropa Meledak, ECB Kembali Kerek Suku Bunga 75 Bps

Analis mengatakan, langkah sepihak kemungkinan akan terbatas dan yen bisa terus melemah lebih lanjut terhadap dolar AS.

Pejabat di Kementerian Keuangan Jepang dan Bank of Jepang saat ini "membeli waktu" untuk mempertahankan kebijakan ultra dovish mereka, menurut kepala ekonomi di Goldman Sachs Jepang Naohiko Baba.

“Strategi mereka adalah membeli waktu sebanyak mungkin, kadang-kadang melakukan intervensi di pasar mata uang. Mereka tidak berpikir kebijakan moneter harus digunakan untuk mengatasi masalah lain itu. Jika demikian, BOJ perlu menaikkan suku bunga secara substansial,” ujar Naohiko Baba.

Baca juga: Turki Terus Pangkas Suku Bunga Meski Inflasi September Melejit Hingga 83 Persen

Wakil Menteri Keuangan Luar Negeri Jepang, Masato Kanda mengatakan Menteri Keuangan AS Janet Yellen menghormati kebijakan Negeri Matahari Terbit untuk tidak mengungkapkan apakah mereka melakukan intervensi di pasar valuta asing atau tidak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat