androidvodic.com

Harga Minyak Dunia Diperkirakan Terus Menguat Setelah Gempa di Turki - News

Laporan Wartawan News, Yanuar Riezqi Yovanda

News, JAKARTA -- Harga minyak dunia memperpanjang kenaikan pada hari Selasa ini karena pasar bertahan untuk pemulihan cepat dalam permintaan China tahun 2023.

Pengamat pasar komoditas sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, di sisi lain, antisipasi pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell membuat para pedagang tidak membuat taruhan besar.

"Selain itu, ada kekhawatiran atas kekurangan pasokan menyusul penutupan terminal ekspor utama setelah gempa bumi di Turki," ujar dia dalam catatannya, Selasa (7/2/2023).

Baca juga: Goldman Sachs: Stok Minyak Mentah Menipis, Harga Bisa Naik 100 Dolar Per Barel

Diketahui, operasi di terminal ekspor minyak 1 juta barel per hari (bpd) Turki di Ceyhan dihentikan setelah gempa besar melanda wilayah tersebut.

Terminal BTC, yang mengekspor minyak mentah Azeri ke pasar internasional, akan ditutup pada 6 Februari hingga 8 Februari 2023.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, dalam pembukaan pasar Eropa, harga minyak dunia di level 75,11 dolar Amerika Serikat (AS) per barel pada jam 15.00 WIB.

Sebelumnya, harga minyak mentah pulih tajam pada hari Senin kemarin, setelah Badan Energi Internasional menegaskan kembali bahwa pemulihan di China akan mendorong permintaan minyak ke rekor tertinggi tahun ini.

"Terutama karena negara tersebut menandai perubahan yang jelas dari kebijakan anti Covid-19 yang ketat pada bulan Januari," kata Ibrahim.

Tetapi, data ekonomi yang dirilis pekan lalu melukiskan gambaran yang agak beragam tentang ekonomi terbesar kedua di dunia itu, karena bergulat dengan meningkatnya kasus Covid-19.

Namun, data transportasi udara dan darat untuk bulan Januari menunjukkan peningkatan jelas dalam permintaan perjalanan, yang berpotensi memicu kebangkitan yang lebih besar.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun Menjelang Pertemuan OPEC+

Sementara itu, lanjut Ibrahim, pasar minyak mentah masih terhuyung-huyung dari kerugian tajam pekan lalu, karena data nonfarm payrolls AS yang lebih kuat dari perkiraan.

"Hal itu mendorong penguatan dolar AS dan meningkatkan taruhan kenaikan suku bunga lebih banyak oleh Federal Reserve tahun ini," pungkasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat