Bisnis Seret, HSBC Stop Operasi di Selandia Baru - News
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
News, LONDON – Salah satu grup perbankan terbesar yang berbasis di London, Inggris, HSBC Holdings PLC telah memutuskan untuk menghentikan bisnis kekayaan dan perbankan pribadinya di Selandia Baru.
Dilansir dari Reuters, HSBC memilih keluar dari Selandia Baru karena bisnis yang mereka jalankan di wilayah itu kurang menguntungkan secara global.
Selandia Baru merupakan pasar terbaru di peta yang diputuskan untuk ditarik oleh bank tersebut.
Baca juga: HSBC Indonesia Salurkan Rp 350 Miliar Pinjaman Berjangka ke Blue Bird
Selain itu, HSBC juga berencana untuk lebih fokus pada ekspansi di pasar Asia tertentu.
“Proses tersebut, sebagai hasil dari tinjauan strategis, akan terjadi selama beberapa tahun secara bertahap,” kata HSBC dalam sebuah pernyataan, Selasa (13/6/2023).
Keputusan tersebut diambil setelah bank tersebut tahun lalu mengatakan sedang meninjau bisnis perbankan ritelnya di pasar dengan maksud untuk menjualnya.
Bulan lalu, Chief Financial Officer HSBC Georges Elhedery mengatakan pihaknya sedang meninjau kemungkinan keluar dari sekitar satu dari lima pasar yang dioperasikannya untuk mempertajam fokusnya pada ekspansi di Asia.
Terlepas dari itu, poros perbankan yang kini tertuju ke Asia juga telah memicu rencana penjualan bisnisnya di Prancis, Yunani, Rusia, dan Kanada.
Terkini Lainnya
HSBC memilih keluar dari Selandia Baru karena bisnis yang mereka jalankan di wilayah itu kurang menguntungkan secara global.
Dunia Dilanda Ketidakpastian Ekonomi, Presiden: Alhamdulillah Indonesia Sangat Stabil
BERITA REKOMENDASI
Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh 12,15 Persen di Mei 2024
Jurus Baru Perbankan Ritel Perluas Basis Nasabah
Muhammadiyah Tarik Dana, BSI: Tetap Komitmen Jadi Mitra Strategis
BERITA TERKINI
berita POPULER
Dedolarisasi, Negara-negara BRICS Akan Luncurkan Sistem Keuangan Independen
Pemerintah Minta KKKS Garap Lapangan Migas yang Nganggur
Cegah Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan Perusahaan, BUMN Ini Gandeng BNN
Ada Proses Merger, Assesment Center Dukung Transformasi Digital di AP Indonesia
Wacana Penerapan Pajak Bea Masuk 200 Persen Produk China, Pengusaha Ingatkan Hal Ini ke Pemerintah