androidvodic.com

Jaga Lingkungan, Perusahaan Tambang Didorong Kedepankan Prinsip ESG - News

Laporan Wartawan News, Seno Tri Sulistiyono

News, JAKARTA - Saat meresmikan Taman Kehati Sawerigading Wallacea di kawasan tambang PT Vale Indonesia akhir Maret 2023, Presiden Joko Widodo mendorong perusahaan tambang di Indonesia meniru apa yang dilakukan Vale.

Pujian serupa juga pernah disampaikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Saat berkunjung ke tambang nikel dan smelter Vale di Sorowako Sulawesi Selatan akhir November tahun lalu, Luhut mengatakan Vale telah menerapkan praktik pertambangan yang baik.

Koordinator Nasional lembaga koalisi masyarakat sipil Publish What You Pay (PWYP) Indonesia, Aryanto Nugroho mengatakan penerapan prinsip dan standar Environmental, Social, dan Governance (ESG) dalam operasionalisasi industri ekstraktif itu merupakan hal penting yang harus diperhatikan.

Sejauh ini, pihak Vale Indonesia menegaskan komitmennya dalam operasionalisasi pengolahan nikel berusaha untuk menerapkan standar ESG internasional.

"Keuntungan ESG itu jangka panjang, bukan jangka pendek. Artinya, bukan sekadar cuan, tetapi standar lingkungan, keberlanjutan, dan ini masuk dalam bagian dari transisi energi berkeadilan," tegas Aryanto ditulis Minggu (23/7/2023).

Aryanto pun mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam melakukan proses divestasi saham Vale.

Pemerintah yang diwakili oleh Mining Industry Indonesia (Mind ID), dalam proses divestasi ini disarankan untuk tetap memperhatikan dan menjalankan prinsip ESG yang di dalamnya mendukung terwujudnya transisi energi bersih di Indonesia.

"Jangan sampai ingin memberikan keuntungan, justru divestasi (PT Vale Indonesia) itu membuat kerugian bagi masyarakat," ujar Aryanto.

Baca juga: Sebanyak 77,6 Persen UMKM Masih Underserved, KoinWorks Bentuk Departemen Impact & ESG  

Menurut Aryanto, jika proses divestasi saham Vale rampung, komitmen pada energi bersih dan penerapan prinsip ESG yang selama ini dilakukan harus tetap dikedepankan dan menjadi agenda pemerintah.

"Kalau mau benar-benar transisi energi maka sudah tidak perlu ada lagi penggunaan energi batu bara," kata Aryanto.

Aryanto menilai sejauh ini Indonesia masih perlu banyak mengejar ketertinggalan soal penerapan ESG dalam industri ekstraktif. Ia juga mengatakan Indonesia masih harus lebih banyak menerapkan prinsip ESG pada pemberian izin hingga syarat investasi.

"Dukung implementasi ESG, kemudian standar ESG diadop oleh pemerintah. Itu menjadi hal penting dalam proses divestasi," ujarnya.

Baca juga: HSBC Dukung Indonesia Pacu Realisasi Investasi, Terutama di Sektor ESG

Aryanto mengatakan agar jangan ada lagi kemunduran dalam penerapan ESG di berbagai lini pemerintahan, termasuk industri ekstraktif.

"Kalau bicara soal industri jangan bangun lagi smelter-smelter yang memakai bahan bakar batu bara. Karena transisi (energi bersih) itu jadi semu karena ada lagi batu baranya," papar Aryanto.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat