androidvodic.com

Mandiri Institute Beberkan Tujuh Tantangan Penerimaan Pajak di Indonesia - News

Laporan Wartawan News, Nitis Hawaroh

News, JAKARTA - Mandiri Institute menyampaikan beberapa tantangan yang akan berdampak pada penerimaan pajak meski ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen di kuartal II tahun 2023.

Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengatakan, setidaknya ada tujuh risiko yang berdampak pada penerimaan pajak.

"Walaupun ekonomi kita sudah recover cukup solid di kuartal II 2023 perekonomian tumbuh 5,17 persen tetapi kami melihat tahun ini dan tahun depan masih ada potensi risiko post pandemi," ujar Teguh dalam Briefing Arah Kebijakan Pajak dalam RAPBN 2024 di Penang Bistro Pakubuwono, Selasa (29/8/2023).

Teguh bilang, tantangan pertama berasal dari geopolitik di Rusia dan Ukraina yang masih belum ada tanda-tanda mereda. "Geopolitik masih belum stabil, kalau kita lihat Rusia-Ukraina belum jelas penyelesaian seperti apa," ucap Teguh.

Kemudian, tantangan kedua meliputi inflasi yang masih relatif tinggi disejumlah negara dan diikuti oleh Policy Rate dari negara tersebut sehingga bakal menimbulkan tekanan pada inflasi.

"Seperti kalau kita lihat misalnya The Fed menyatakan bahwa stand poin-nya makin hawkish kedepannya," ujarnya.

Teguh bilang, tantangan ketiga meliputi krisis bank di Amerika hingga menumbangkan tiga bank lokal usai The Fed menaikkan suku bunga di awal tahun lalu.

"Ketika The Fed menaikan suku bunga sangat agresif ada 3 bank yang colaps saat itu. Walaupun bank nya kecil bank lokal tapi ini kita melihat satu risiko bisa terjadi," jelasnya.

Baca juga: Penerimaan Pajak Hingga Juli 2023 Tembus Rp 1.109,1 Triliun, 64 Persen dari Target APBN

Selanjutnya, resesi di beberapa negara terutama negara maju yang dinilai bakal memengaruhi produk-produk ekspor Indonesia hingga berdampak pada perekonomian Indonesia.

"Keenam, inflasi yang walaupun trennya mulai melambat tetapi kita melihat adanya potensi masih relatif tinggi dan ini kita akan melihat kedepannya BI Rate masih relatif tinggi," jelasnya.

Tantangan terakhir adalah resesi global yang masih terjadi. Teguh bilang, hal ini bakal berdampak pada pertumbuhan Indonesia.

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Dampak Jika Penerimaan Pajak Tak Maksimal: Ekonomi Bakal Nyungsep Dalem Banget

"Tren surplus kita makin lama makin turun, kemarin kan defisit. Itu kan menunjukan sebenarnya beberapa risiko yang akan kita hadapi kedepannya," ungkapnya.

Badan Pusat Statistik mencatat, surplus negara perdagangan dilihat secara kumulatif hingga Juli 2023 mencapai 21,24 miliar dolar AS atau lebih rendah sekitar 7,88 miliar dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat