androidvodic.com

Strategi Investasi di Tahun Pemilu - News

Laporan Wartawan News, Nitis Hawaroh

News, JAKARTA - Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan, mengungkapkan sejumlah strategi investasi yang harus diketahui pada saat pesta demokrasi yaitu pemilihan umum (pemilu) yang akan berlangsung pada 14 Februari 2024.

Menurut Katarina, guna menyusun strategi investasi sebaiknya ketahui dulu kondisi pasar di luar dan dalam negeri serta kelas aset yang berpotensi memberikan kinerja positif.

"Kemudian, susun portofolio. Sesuaikan komposisi aset di dalam portofolio dengan tujuan keuangan, jangka waktu, dan profil risiko kita," kata Katarina dalam keterangannya, Rabu (4/10/2023).

Baca juga: Aneka Kejanggalan Investasi Xinyi di Pulau Rempang yang Diklaim Bahlil Bernilai Rp 175 Triliun

Dikatakan Katarina, saat ini kondisi pasar Asia masih positif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang membaik, angka inflasi yang mulai melandai, dan suku bunga di kawasan ini juga diperkirakan sudah berada di puncaknya.

"Ini sangat bertolak belakang dengan kondisi di negara belahan dunia barat yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan serta inflasi yang tinggi," ucap dia.

"Pemulihan ekonomi China yang tidak terlalu positif membawa potensi keuntungan tersendiri bagi negara-negara lain di kawasan Asia untuk mendapatkan aliran dana investor asing yang mencari peluang di luar China," sambungnya.

Kemudian, dia juga melihat adanya dukungan dari pasar domestik. Menurutnya perekonomian Indonesia saat ini masih dipandang bagus.

Hal ini didukung oleh angka inflasi bulan Agustus 2023 yang tetap terjaga di kisaran sasaran 3,0±1 persen dan relatif stabilnya nilai tukar Rupiah. Dibandingkan mata uang negara lain yang hampir seluruhnya melemah terhadap dolar AS, pelemahan Rupiah masih lebih terjaga.

Selain itu, Katarina menilai indikator positif selama tiga pemilu terakhir. Hal itu tergambar dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pertumbuhan positif pada tiga pemilu terakhir.

"Pada tahun 2009, 2014, dan 2019, IHSG tercatat tumbuh sebesar 87,0%, 22,3%, dan 1,7% secara berurutan, menunjukkan bahwa IHSG naik atau positif di tahun pesta demokrasi," ujar dia.

"Secara historis pula, investasi riil tetap berjalan walau mengalami sedikit penurunan pertumbuhan di tahun-tahun pemilu yang mengindikasikan kecenderungan para pelaku bisnis untuk menunda investasi di tahun politik," sambungnya.

Baca juga: Menko Luhut Pastikan Investasi TikTok di Indonesia Masih Berlanjut Meski Dilarang Berdagang

Selanjutnya, Katarina melihat kondisi pasar obligasi yang menunjukkan potensi pertumbuhan ke arah positif. Optimisme terhadap pasar obligasi pun terjaga dengan baik, didukung oleh imbal hasil riil yang menarik dan fundamental makroekonomi yang kuat.

Selain itu, jeda pada kenaikan suku bunga dan ekspektasi terbatasnya laju penguatan USD dapat mendorong imbal hasil obligasi semakin turun, yang akan berdampak positif terhadap kinerja pasar obligasi.

Di sisi lain, pasar saham juga menawarkan titik masuk dan potensi kenaikan yang menarik. Emiten masih terus memberikan kinerja yang tumbuh sehat.

Bahkan secara agregat, laba korporasi di semester pertama tahun 2023 mencapai 50-51% dari perkiraan konsensus untuk sepanjang tahun 2023. Selain itu, valuasi saham juga masih relatif murah.

Dapat disimpulkan bahwa baik pasar obligasi maupun pasar saham memiliki potensi pertumbuhan yang positif di tahun pemilu 2024. Hal ini didukung oleh ekspektasi kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif di 2024 dan valuasi pasar yang menarik.

"Ssebaiknya para investor untuk tetap berinvestasi secara regular dan melakukan diversifikasi portofolio, disesuaikan dengan tujuan keuangan, jangka waktu dan profil risiko masing-masing. Dengan demikian, diharapkan risiko keseluruhan portofolio terjaga sementara hasil investasi semakin mendekati tujuan yang dicanangkan," ungkapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat