androidvodic.com

Saham GOTO Terpuruk, Alami Tekanan Jual yang Cukup Tinggi - News

News – Nasib saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) semakin terpuruk.
Hingga penutupan awal pekan ini, Senin (16/10/2023) harga saham GOTO turun 1,49 persen atau 1 poin menjadi Rp 66 per saham setelah sempat bertengger di Rp 62 pada siang hari.

Ini menjadi level harga yang paling rendah yang dialami oleh GOTO. Dalam beberapa hari ini, saham perusahaan teknologi ini memang mengalami tekanan jual yang cukup tinggi dan membuat harganya anjlok.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi saham GOTO pada siang hari tadi sebesar Rp 785,85 miliar dengan volume perdagangan 13,05 miliar saham. Kendati turun 7,46 persen pada sesi I hari ini, dalam 6 bulan terakhir, investor asing masih membukukan beli bersih di pasar reguler (net foreign buy) sebesar Rp 1,54 triliun.

Baca juga: Luncurkan Aplikasi GoPay, CEO GOTO: Kami Banyak Berinvestasi untuk Fitur Keamanan

Bukan Alasan Fundamental

Dua analis PT Mandiri Sekuritas (Mansek), Adrian Joezer dan Jennifer Audrey Harjono, menilai aksi jual atas saham induk Gojek, Tokopedia, GoTo Financial (GTF) dan GoTo Logistics ini lebih karena alasan non fundamental, bukan alasan fundamental.

"Kami memperkirakan kinerja Q3-23 GOTO dapat mengalami sedikit kenaikan jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Kami berpendapat aksi jual harga saham GOTO baru-baru ini tidak sepenuhnya didorong oleh kekhawatiran mendasar," tulis keduanya, dalam riset publikasi per 16 Oktober ini dikutip dari Kontan.

Salah satu isu penting yang disoroti Adrian dan Jennifer adalah potensi kembalinya TikTok Shop yang dinilai menjadi 'ancaman'. Tapi bagi keduanya, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa kembalinya TikTok Shop dapat menimbulkan risiko persaingan yang lebih ketat dibandingkan sebelum penutupannya.

Pasalnya, sejak dikeluarkannya peraturan e-commerce baru pada 27 September, yang seharusnya menguntungkan Tokopedia dan Shopee, harga saham GOTO memang sudah terkoreksi sebesar 22,1% ke level terendah baru di Rp 67/saham.

Di sisi lain, saham Sea Ltd (induk Shopee) naik 8,3% menjadi US$ 45,6 dalam waktu yang sama. Hal ini menjadikan GOTO sebagai saham teknologi dengan kinerja terendah di Asia Tenggara secara year to date (YTD) atau turun 26,4% versus saham Sea Ltd. minus 12,4% dan Grab naik 6,2%.

Baca juga: Omzet Mitra GoTo Meroket di 2022, Penjual di Tokopedia Bisa Raup Rp10 Jutaan Per Bulan

"Apa yang bisa menyebabkan aksi jual? Kami berpendapat, aksi jual ini tidak seluruhnya dipicu oleh kekhawatiran mendasar, karena koreksi ini terjadi setelah dikeluarkannya regulasi yang dianggap positif bagi Tokopedia dan setelah penutupan resmi TikTok Shop pada 4 Oktober.”

Mansek menilai, mskipun TikTok Shop pada akhirnya akan kembali hadir mengingat pentingnya e-commerce sebagai saluran monetisasi, menurut Mansek masih terlalu dini berasumsi bahwa lanskap persaingan akan lebih ketat dari sebelum.

Hal ini karena, beberapa pertimbangan, pertama, pemisahan media sosial dan e-commerce di mana aplikasi perdagangan dapat memengaruhi lalu lintas e-commerce dan tingkat konversinya.

Kedua, strategi penetapan harga dan promosi yang agresif terhadap keuntungan awal merupakan risiko bagi GOTO namun strategi tersebut juga dapat menjadi bumerang mengingat “sensitivitasnya” mengingat peraturan yang baru diterapkan.

Pemegang saham masih bertahan

Lebih lanjut, Mansek menjabarkan bahwa pemegang saham lama masih bertahan. Data kustodian terbaru, yang hanya mengungkapkan pemegang saham dengan kepemilikan di bawah 5%, menunjukkan tidak ada perubahan pada kepemilikan dua pemegang saham terbesar GOTO, dengan Taobao dan Softbank (SVF) masih memegang 8,72% dan 7,62% saham di GOTO per 12 Oktober.

Sementara itu, salah satu pendiri Tokopedia dan anggota Dewan Komisaris GOTO William Tanuwijaya, pada Jumat pekan lalu (13/10), menjual sebagian kecil 332 juta saham (1,6% dari total kepemilikannya) dengan harga Rp79/saham.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat