androidvodic.com

Rupiah Menguat ke Level Rp15.463, Apa Saja Faktornya? - News

Laporan Wartawan News, Dennis Destryawan

News, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 22 poin atau 0,14 persen ke level Rp 15.463 per dolar AS pada Senin (4/12/2023).

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan, dolar stabil mendekati level terendah dalam tiga bulan, taruhan penurunan suku bunga The Fed meningkat Indeks dolar dan indeks dolar berjangka naik sedikit pada hari Senin.

"Namun tetap berada dalam jangkauan posisi terendah yang terakhir terlihat pada awal Agustus," ujar Ibrahim saat dihubungi, Senin (4/12/2023).

Baca juga: Gaikindo Pastikan Pelemahan Rupiah Tak Akan Buat Pabrikan Kendaraan Naikkan Harga Mobil

Ketua Fed Jerome Powell menyampaikan nada yang tampaknya kurang hawkish dalam dua pidatonya pada hari Jumat, dengan pasar bertaruh bahwa komentarnya tentang menjaga keseimbangan antara kebijakan moneter yang ketat dan soft economic landing menandai berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed secara pasti.

Meskipun Powell masih memperingatkan bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, para pedagang meningkatkan ekspektasi mereka terhadap kebijakan The Fed yang tidak terlalu hawkish dalam beberapa bulan mendatang.

Pasar memperhitungkan kemungkinan lebih dari 90 persen bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunganya ketika bertemu nanti pada bulan Desember, dan lebih dari 60 persen kemungkinan bank tersebut akan mulai memangkas suku bunga pada bulan Maret 2024.

Namun perkiraan ini sebagian besar bergantung pada inflasi dan pasar tenaga kerja, dengan data nonfarm payrolls yang dirilis pada hari Jumat akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai hal tersebut. Namun, prospek kebijakan The Fed yang tidak terlalu hawkish mendorong penguatan mata uang Asia hingga bulan November, sementara dolar anjlok.

Sedangkan dari dalam negeri, para ekonom memprediksi Indeks harga konsumen (IHK) Desember 2023 berada di level 116,90, atau mengalami inflasi sebesar 2,92 persen secara tahunan (yoy) atau 0,71 persen secara bulanan (mtm).

Baca juga: OJK Sebut Total Kerugian Kejahatan Siber di Dunia Tembus Ratusan Ribu Triliun Rupiah

"Proyeksi tersebut sejalan dengan tren peningkatan inflasi di akhir tahun. Terutama didorong oleh naiknya permintaan akibat Hari Besar Keagamaan Nasional, libur akhir tahun, dan kampanye menjelang Pemilihan Umum (Pemilu)," terang Ibrahim.

Secara umum, tingkat inflasi domestik diprakirakan akan tetap di rentang target. Bank Indonesia (BI) diprakirakan akan tetap menahan tingkat suku bunga acuannya pada Desember 2023 yakni di level 6 persen, sejalan dengan tingkat inflasi inti yang terus menurun.

Sejumlah potensi risiko masih perlu diperhatikan, antara lain terkait imported inflation sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar Rupiah dan risiko kenaikan harga energi serta pangan global.

Adanya sinergi antara Bank Indonesia dan Pemerintah dalam pengendalian inflasi juga perlu terus diperkuat, terutama untuk memitigasi lonjakan inflasi akibat VF.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada November 2023 terjadi inflasi sebesar 0,38 persen dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,08.

Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2023 terhadap November 2022) tercatat 2,86 persen dan tingkat inflasi tahun kalender (November 2023 terhadap Desember 2022) sebesar 2,19 persen.

"Dalam penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 22 point walaupun sebelumnya sempat menguat 40 point dilevel Rp. 15.463 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.485. Sedangkan untuk perdagangan senen depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 15.430- Rp. 15.490," tambah Ibrahim

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat