androidvodic.com

Harga Keekonomian EBT Perlahan Mulai Efisien, Saat Ini Lebih Mahal Dari Energi Fosil - News

Laporan Wartawan News, Ismoyo

News, JAKARTA - Pemerintah mengungkapkan, utilisasi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia terus dioptimalkan sejalan dengan potensinya yang melimpah.

Pengembangan teknologi energi bersih bahkan mengakselerasi tercapainya skala keekonomian harga EBT yang dinilai semakin kompetitif dan mulai dilirik para investor energi.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, harga listrik dari pembangkit EBT sudah hampir mendekati harga listrik berbasis fosil, bahkan ada yang lebih efisien.

Baca juga: Ada Potensi EBT 17 Ribu Gigawatt, Menteri ESDM Dorong Pembangunan Interkonektivitas Listrik ASEAN

Perkembangan positif ini membuat keseimbangan persaingan usaha antara EBT dan energi fosil.

Dengan begitu, pemerintah punya alasan kuat untuk menjadikan EBT sebagai sumber energi.

Kemajuan dalam teknologi energi terbarukan, khususnya pada sektor pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan angin (PLTB), telah memungkinkan efisiensi yang lebih tinggi sehingga berdampak terhadap penurunan biaya produksi listrik yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit energi fosil.

Baca juga: Ada Potensi EBT 17 Ribu Gigawatt, Menteri ESDM Dorong Pembangunan Interkonektivitas Listrik ASEAN

"Secara keekonomian PLTB Sidrap dan PLTB Jeneponto di 2016, kontrak listriknya yang ditandatangan dan disetujui oleh Menteri ESDM, harganya itu 10,9 sen dolar AS per kilo Watt hour (kWh)" ucap Dadan dalam keterangannya, dikutip Senin (18/12/2023).

Sekarang, sudah ada kontrak baru PLTB di Kalimantan Selatan awal tahun 2023 ini, kapasitanya sama kira-kira 75 megawatt (MW). Jika dibandingkan dengan harga 6 hingga 7 tahun lalu, sekarang angkanya adalah di bawah 6 sen dolar AS per kWh," sambungnya.

Dadan juga mengomparasikan harga pembangkit EBT dengan harga pembangkit berbasis energi fosil, seperti batubara (PLTU).

Ia bahkan menilai harga energi hijau bahkan lebih murah. Hal ini menunjukkan bahwa pembangkit listrik dari EBT bisa lebih kompoetitif.

"Harga listrik PLTS Cirata (5,8 sen dolar AS per kWh) itu angkanya di bawah 6 sen dolar AS per kWh juga. Kalau ingin sederhana hitung saja, misal produksi listrik dari batubara satu kWh itu perlu sekitar 0,7 sampai 0,8 kilo batubara," lanjut Dadan.

Dengan Harga batu bara acuan (HBA) berkisar antara 125 hingga 130 dolar AS per ton, maka harga listrik dari EBT sudah dapat bersaing dengan harga listrik berbasis fosil.

"Dengan HBA saat ini berkisar di angka sekitar USD130 per ton ini sudah bersaing. Jadi, EBT ini sekarang sudah masuk skala keekonomian. Kita head to head saja dengan fosil sudah bisa," pungkas Dadan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat