Terkini Lainnya
TAG
Indonesia tengah menghadapi situasi yang tidak seimbang antara produksi dan serapan gas bumi di beberapa wilayah.
Debat malam ini bertemakan pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.
Pemerintah mengungkapkan, utilisasi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia terus dioptimalkan sejalan dengan potensinya yang melimpah.
Pnggunaan energi fosil tetap diperlukan di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat.
Proses sertifikasi pelabuhan yang dioperasikan oleh PT Pelabuhan Samudera Palaran (PSP) ini dijadwalkan pada 2024.
Energi minyak bumi dan gas (migas) yang bersumber dari fosil diperkirakan masih dibutuhkan hingga 30-50 tahun ke depan.
Teknologi yang disebut 'energi baru' saat ini bukanlah barang baru, karena sudah ada sejak beberapa dekade yang lalu.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE), agresif meningkatkan produksi khususnya gas bumi, yang menjadi jembatan transisi energi dari energi fosil
Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong mengatakan, untuk di Indonesia, energi yang bersumber dari fosil masih sangat diperlukan.
Indonesia membutuhkan 243 miliar dolar AS atau sekira Rp 3.500 triliun untuk mencapai target mengurangi emisi karbon 29 persen di 2030.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno mengatakan Indonesia saat ini tak cukup hanya mengandalkan energi fosil.
sesuai Kesepakatan Paris, Indonesia sudah mencanangkan karbon netral atau net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.
energi fosil seperti migas masih memiliki peran penting sebelum energi baru dan terbarukan sebagai sumber energi yang lebih bersih tersedia
kriris pasokan batubara untuk pembangkit listrik milik PLN, harus dijadikan momen pendorong semua pihak mengubah ke EBT
Peningkatan porsi energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen dalam bauran energi nasional, tidak serta merta akan menghapus peran energi fosil
Jokowi melanjutkan, transisi menuju EBT merupakan topik yang juga telah dibahas dalam KTT G20 dan Kesepakatan COP26 Glasgow.
Sektor energi di 2030 nanti diperkirakan menghasilkan emisi lebih dari 1.100 juta ton CO2e.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, kebutuhan energi fosil di Indonesia masih akan terus meningkat ke depannya hingga 2050.
Peran ekosistem teknologi di bidang energi akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia mencapai target pemanfaatan EBT di Indonesia.