androidvodic.com

Hadiah Akhir Tahun, Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp 15.399 - News

Laporan Wartawan News, Dennis Destryawan

News, JAKARTA - Dalam penutupan pasar tahun baru, mata uang rupiah ditutup menguat 18 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 40 poin di level Rp 15.399 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.417.

"Sedangkan untuk perdagangan tahun depan (Selasa, 2 Januari 2024), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.350-Rp 15.420," ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat (29/12/2023).

Baca juga: Pengembangan Rupiah Digital, Bank Indonesia Mulai Bahas Eksperimentasi Teknologi

Untuk tahun depan, kata Ibrahim, Pemilihan Presiden pada 14 Februari 2024 turut memberi pengaruh. Jika Pilpres diselenggarakan hanya satu putaran hasilnya akan lebih baik bagi investasi.

"Saat ini investor terutama investor sektor riil wait and see, dan menunggu siapa presiden yang bakal terpilih dan menunggu kebijakan apa yang bakal dikeluarkan," ucap Ibrahim.

Namun, jika Pilpres berjalan dua putaran maka investor akan mengambil sikap wait and see hingga Juni 2024. Oleh karena itu, pemilu tahun 2024, ekonomi Indonesia belum tentu lebih baik dari tahun 2023 karena adanya Pilpres.

"Sedangkan para calon presiden untuk tidak membuat kegaduhan. Ini demi mengantisipasi agar investor tidak menempatkan uang mereka di luar negeri," terang Ibrahim.

Oleh karena itu, diharapkan saat pemilu calon presiden tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan alias damai. Pilpres yang sejuk dan damai yang diinginkan oleh investor. Sehingga investor tidak ada ketakutan untuk menempatkan dananya di pasar dalam negeri.

Baca juga: Perdagangan Bursa Ditutup Hari Ini, Lebih dari 900 Perusahaan Tercatat di BEI

Kemudian, tahun politik 2024 harus dicermati dengan baik. Apalagi sejumlah negara didunia juga akan menyelenggarakan pemilu, termasuk India, Taiwan, Korea Selatan, dan Amerika serikat. Pemilu India bakal berpengaruh terhadap dinamika politik di Asia, mengingat populasi negara tersebut yang sangat besar.

"Selain itu jika ada pergantian kepemimpinan dari Partai Demokrat ke Partai Republik di Amerika Serikat (AS), kebijakan politik dunia juga bisa berubah," imbuh Ibrahim

Sementara itu, memasuki tahun 2024, ekonomi global yang melambat, berkurangnya tekanan inflasi, dan melemahnya pasar tenaga kerja akan membuka pintu bagi penurunan suku bunga bank sentral global, dimana Federal Reserve (Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan melakukan penurunan suku bunga.

Namun, perbedaan ekonomi antara AS dan Eropa menunjukkan potensi sikap ECB yang lebih agresif. Meskipun para pedagang memperkirakan akan ada tiga kali penurunan suku bunga dari kedua bank sentral pada paruh pertama tahun ini, kondisi ekonomi yang kontras memberikan gambaran yang berbeda.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat