androidvodic.com

WEF: Teknologi AI Ancam Perekonomian Global, Bisa Picu Kesenjangan Hingga Tsunami PHK - News

Laporan Wartawan News Namira Yunia Lestanti

News, WASHINGTON – Survei Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) menyebut kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) perlahan dapat mengancam perekonomian pasar global.

Pernyataan tersebut dilontarkan 56 persen dari 94 persen ekonom WEF yang hadir dalam ajang pertemuan tahunan yang digelar di resor Davos Swiss, Senin (15/1/2024).

Dalam laporannya, juru bicara organisasi WEF menjelaskan bahwa meningkatnya penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence dapat memicu volatilitas dalam perekonomian global, apabila hal tersebut terus terjadi dalam jangka waktu yang lama maka kondisi itu akan meningkatkan kesenjangan dengan tingkat perbedaan regional yang tinggi.

Baca juga: Syarat Mencairkan BPJS Ketenagakerjaan Bagi Karyawan yang Mengundurkan Diri dan PHK

Misalnya perekonomian China dan Amerika Serikat (AS) yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan moderat ketimbang perekonomian Eropa, lantaran negara China dan Amerika lebih banyak mengadopsi kecerdasan AI untuk membantu meningkatkan pertumbuhan sektor bisnis tanpa perlu menghabiskan banyak budget.

“Meskipun kemajuan teknologi dapat memberikan dorongan baru terhadap produktivitas global, namun secara terpisah AI akan memberikan dampak yang tidak merata terhadap perekonomian dunia, lantaran sebagian besar negara tumbuh dengan cara yang tidak ramah lingkungan dan tidak inklusif secara sosial,” ujar ekonom WEF dikutip dari Al Jazeera.

Tak hanya itu teknologi AI berpotensi menyebabkan sejumlah risiko negatif bagi lembaga keuangan diantaranya risiko keamanan data, perlindungan konsumen, dan privasi yang ditimbulkan oleh perusahaan keuangan yang memaki AI.

AI Picu Tsunami PHK

Selain mendorong terjadinya kesenjangan dan mengancam perekonomian global, kehadiran teknologi AI juga berpotensi memicu lonjakan pengangguran lantaran 40 persen atau 83 juta pekerjaan di dunia dapat tergantikan perannya oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Senada dengan WEF, bos Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva juga memperkirakan tren penggunaan AI ini yang tidak segera diatasi dapat berdampak pemecatan karyawan secara massal di negara maju.

Meskipun tidak semua divisi dapat digantikan dengan teknologi AI, namun dengan menyematkan teknologi model AI pada sistem Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF) pekerjaan tertentu dengan mudah dapat diotomatisasi oleh teknologi AI. Alhasil jutaan pekerjaan warga dunia di masa yang akan datang berpotensi digantikan kecanggihan AI.

Baca juga: Boncos Rp 186 Triliun Gegara Boikot, Starbucks PHK Karyawan dan Tutup Belasan Gerai

"Bagi yang lainnya, aplikasi AI dapat menjalankan tugas-tugas utama yang saat ini dilakukan oleh manusia, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja, menurunkan upah dan mengurangi perekrutan. Dalam kasus yang paling ekstrim, beberapa pekerjaan ini mungkin hilang," jelas Georgieva.

Sebagai contoh, Buzzfeed Inc., perusahaan yang berkantor pusat di New York, AS mengumumkan rencana untuk menggunakan AI untuk membantu dalam penciptaan konten dan menutup departemen berita intinya, dengan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap lebih dari 100 staf.

Hal serupa juga dilakukan International Business Machines Corp atau yang kerap disapa IBM yang menghentikan rekrutmen pada 7.800 pekerja di divisi back office selama tahun 2023, usai merekrut ribuan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Disusul perusahaan penyimpanan cloud Dropbox Inc yang turut melakukan PHK dengan mengurangi pekerja globalnya sebesar 16 persen atau sekitar 500 staff pasca perusahaan mengadopsi kecanggihan teknologi Artificial Intelligence untuk membantu perusahaan melakukan sejumlah pekerjaan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat