androidvodic.com

Begini Nasib Program Jokowi Soal Hilirisasi Usai Anjloknya Harga Nikel Global - News

Laporan Wartawan News, Ismoyo

News, JAKARTA - Pasar komoditas nikel global saat ini disebut-sebut tengah mengalami kelebihan pasokan.

Hal ini memberikan dampak terhadap harga nikel yang turun lebih dari 40 persen jika dibandingkan dari tahun lalu.

Diketahui, komoditas mineral tersebut diperdagangkan di kisaran angka 16.000 dolar Amerika Serikat per ton, mendekati level harga terendah sejak 2021.

Baca juga: Soal Hilirisasi Nikel Ugal-ugalan, Cak Imin Terima Tantangan Luhut

Lantas, anjloknya harga nikel dapat mempengaruhi program hilirisasi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ?

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengungkapkan, faktor turunnya harga nikel global utamanya karena besarnya jumlah pasokan dibandingkan dengan kebutuhan.

Namun, anjloknya harga nikel tidak langsung serta merta berdampak signifikan terhadap program hilirisasi pemerintah.

Hal ini dikarenakan Indonesia tengah mendorong produk-produk hilirisasi nikel yang perlahan masuk ke tahapan yang lebih tinggi.

Diketahui, Presiden Joko Widodo telah melarang ekspor nikel mentah pada awal 2020 lalu, di mana biji nikel harus dismelterkan di Indonesia.

Dan kini, hilirisasi produk nikel sukses dikembangkan meskipun masih berada di tingkat pertama dan kedua.

Fahmy melanjutkan, jika Indonesia saat ini telah sukses membangun produk hilirisasi nikel hingga ke tahap barang jadi, tentunya penurunan harga nikel tak berpengaruh.

Salah satu contoh barang jadi dari proses hilirisasi nikel adalah baterai kendaraan listrik.

"Saya kira ini karena kelebihan pasokan, sementara demand atau permintaannya itu menurun," ungkap Fahmy saat dihubungi Tribunnews, Kamis (25/1/2024).

"Kalau nikel di Indonesia dihilirisasi melalui produk-produk turunan, dan kalau bisa sampai ke produk baterai listrik, sesungguhnya itu enggak bakal terpengaruh anjloknya harga nikel," sambungnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat