androidvodic.com

Harga Beras Makin Mahal, Pedagang Warteg: Pemerintah Tak Mampu Jaga Stabilitas, Sibuk Urusan Politik - News

Laporan Wartawan News, Dennis Destryawan

News, JAKARTA -- Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni menilai pemerintah gagal menjaga stabilitas harga beras. Sebab, harga beras terus bergerak naik di atas harga eceran tertinggi (HET).

Mukroni menerangkan, produksi beras menurun karena cuaca buruk atau faktor lainnya, pasokan beras bisa berkurang, hingga menyebabkan kenaikan harga. Atas hal tersebut, pemerintah dinilai abai kareba sibuk urusan politik.

"Jika permintaan beras meningkat secara tiba-tiba, sementara pasokan tidak cukup, harga beras akan naik, pemerintah tidak bisa mengatasinya karena sibuk urusan politik," ujar Mukroni saat dihubungi Tribunnews, Senin (12/2/2024).

Baca juga: Serikat Buruh: Ibu-Ibu Ngeluh Harga Beras Rp 17.000 per Kg, Ini Bisa Meledak Terkait Urusan Perut

Selain itu, Murkoni menilai kebijakan pertanian yang tidak efektif atau kekurangan investasi dalam sektor pertanian bisa menyebabkan produktivitas yang rendah, mempengaruhi pasokan dan akhirnya harga Sedangkan, pemerintah sibuk pertanian dijadikan komoditas politik

Kenaikan harga beras bisa juga disebabkan oleh inflasi umum dalam perekonomian, yang bisa disebabkan oleh kebijakan moneter atau fiskal yang kurang tepat, pemerintah tidak menantisipasinya.

"Jika distribusi beras terganggu karena infrastruktur yang buruk atau korupsi dalam rantai pasokan, harga beras bisa naik karena biaya distribusi yang tinggi, urusan bansos ternyata tidak menurunkan harga beras dan kelangkaannya," terang Mukroni.

Dampak kenaikan harga beras terhadap Warteg, praktis membuat biaya produksi meningkat. Kenaikan harga beras, lanjut dia, berarti biaya produksi warteg akan meningkat karena beras menjadi bahan utama dalam banyak hidangan yang disajikan di Warteg.

"Ini dapat mengurangi margin keuntungan warteg atau bahkan membuat mereka mengalami kerugian," tambah Mukroni.

Kenaikan harga beras bisa mencerminkan ketidakstabilan ekonomi secara keseluruhan, yang dapat memengaruhi daya beli pelanggan Warteg secara umum. Ketika kondisi ekonomi tidak pasti, orang cenderung memotong pengeluaran mereka.

"Termasuk belanja makanan di Warteg," imbuh Mukroni.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat