androidvodic.com

Target Prabowo Program untuk B50 Bakal Sulit Tercapai, Apa Alasannya? - News

Laporan Wartawan News, Dennis Destryawan

News, JAKARTA -- Program Biodiesel B50 yang diusung calon presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan sulit tercapai. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) ungkap alasannya.

B50 adalah bauran solar dengan 50 persen minyak sawit. Ditargetkan oleh pasangan Prabowo-Gibran akan terwujud pada 2029. Namun, menurut Ketua Apkasindo Gulat Manurung hal tersebut akan sulit tercapai. Bahkan, Prabowo mempunyai target besar untuk mewujudkan bahan bakar ramah lingkungan biodesel (B100) di eranya memimpin.

Padahal, menurut Gulat, jika dinaikkan menjadi B50, kebutuhan CPO untuk bahan bakar akan bertambah menjadi sekira 3,25 juta ton. Di sisi lain, banyak lahan sawit yang tidak diberikan izin realisasi keluar dari daerah kawasan hutan.

Baca juga: Pakai Mesin Diesel, Hyundai Wanti-wanti Palisade XRT Tak Boleh Minum Biodiesel

"Program Pak Prabowo soal B50 hanya tinggal kenangan," ujar Gulat saat diskusi di Jakarta, Senin (27/5/2024).

Sebab, ucap Gulat, Apkasindo sudah melakukan perhitungan di Dewan Minyak Sawit Indonesia, dengan asumsi kebutuhan stabil, tapi B yang meningkat, biodiesel.

"Apa yang terjadi? Pada B50 kita sudah minus 1,2 juta ton CPO," kata Gulat.

Gulat menjelaskan, total produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak sawit inti (PKO) selama tiga tahun di angka 51 ribu ton. Sedangkan, konsumsi dalam negeri terhadap produksi terus meningkat.

"Yang diperlukan Indonesia adalah menggenjot produksi sawit nasional, di saat produksinya kini sedang stagnan," terangnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyampaikan, jika produktivitas tidak naik, sementara konsumsi kita naik terus, maka yang dikorbankan adalah devisa.

"Saat ini produksi CPO di Indonesia mencapai 50 juta ton secara tahunan. Perkiraan pemakaian B40 membutuhkan bahan baku CPO 14 juta ton. Sementara CPO untuk kebutuhan pangan alias minyak goreng sekitar 11 juta ton. Jadi, total kebutuhan dalam negeri sekitar 25 juta ton," tuturnya.

Eddy menerangkan, implementasi B40 diprediksi akan mengurangi porsi ekspor CPO dari Indonesia. Di mana kinerja ekspor CPO sedang turun seiring lesunya permintaan global. Saat ini, ucap Eddy, ekspor melemah karena perekonomian di China yang sedang lesu.

"Juga ada masalah global yang tidak menguntungkan, di kuartal pertama 2024," tambah Eddy.

Sebelumnya, presiden dan wakil presiden terpilih dalam Pemilu 2024, Prabowo-Gibran menargetkan esekusi program Biodiesel B50 & Bioetanol E10 pada 2029 mendatang.

Rencana ini tercantum dalam buku visi misinya yang berjudul 'Prabowo Gibran 2024 Bersama Indonesia Maju'.

Pasangan ini menyebut pencapaian swasembada pangan, energi, dan air harus dilakukan secara cepat dan seksama. Mereka yakin Indonesia berpeluang menjadi raja energi hijau dunia. Ini akan ditempuh melalui pengembangan produk biodiesel dan bio-avtur dari sawit, bioetanol dari tebu dan singkong, serta energi hijau lainnya dari angin, matahari, dan panas bumi.

"Pada 2029 dengan sumber daya alam yang ada, sangat optimis program biodiesel B50 dan campuran etanol E10 akan dapat tercapai," kata Prabowo-Gibran dalam buku tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat