androidvodic.com

Dubes AS di PBB: Presiden Korea Utara Kim Jong-un dalam 'Kondisi Paranoia' - News

News, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) langsung bereaksi keras atas langkah Korea Utara meluncurkan rudal lagi pada hari Minggu (14/5/2017). AS memperingatkan Korea Utara, uji coba rudal terbarunya bukan merupakan cara untuk membuka pembicaraan dengan Washington.

Duta Besar AS di PBB, Nikki Haley, menuduh pemimpin Korut, Kim Jong-an berada dalam posisi paranoia -atau penderita penyakit jiwa yang berpikir aneh yang bersifat khayalan- dan Washington akan terus memperkuat skrupnya atas Pyongyang.

"Anda pertama harus masuk ke dalam kepala Kim Jong-un, bahwa dia berada dalam kondisi paranoia, dia amat khawatir dengan setiap hal dan semua hal di sekelilingnya," kata Haley dalam wawancara dengan stasiun berita Amerika, ABC, setelah uji coba rudal terbaru tersebyt.

Dia menambahkan bahwa Amerika Serikat bekerja sama lebih baik dengan Cina -yang merupakan sekutu utama Pyongyang- dan seluruh komunitas internasional akan menyingkirkan Korut.

Presiden Donald Trump sudah menyerukan 'sanksi yang lebih keras' namun Cina mendesak agar semua pihak menahan diri.

Dua uji coba rudal oleh Korut pada bulan lalu gagal karena roketnya meledak hanya beberapa menit setelah diluncurkan.

Sebelumnya Jepang mengatakan bahwa uji cpba rudal terakhir mungkin melibatkan jenis rudal baru dengan jangkauan ketinggian yang mencapai lebih dari 2.000 km.

Sementara Presiden Korea Selatan yang baru terpilih, Moon Jae-in, yang ingin meningkatkan komunikasi dengan Korut, mengatakan uji coba sebagai 'provokasi yang gegabah'.

Apakah jenis rudal baru?
Rincian peluncuran terbaru Korut masih belum bisa dipastikan namun para pengamat mengatakan kemungkinan dengan jangkauan lebih jauh dibanding sebelumnya.

Menteri Pertahanan Jepang, Tomomi Inada, mengatakan rudal sempat mengudara sekitar 30 menit sebelum jatuh ke Laut Jepang dan mungkin merupakan jenis rudal yang sekali baru.

Inada menambahkan rudal mencapai jangkauan sekitar 700km dengan ketinggian lebih dari 2.000 km, yang artinya jauh lebih tinggi dari rudal jarak menengah Korut pada Februari lalu.

Rudal balistik antarbenua, ICBM, bisa mencapai ketinggian hingga ratusan kilometer hingga berada di luar atmosfir dunia.

Para ahli yang dikutip kantor berita Reuters mengatakan ketinggian tersebut tampaknya membuat rudal diluncurkan dengan lintasan ke atas sehingga membatasai daya jangkau.

Jika ditembakkan dengan lintasan yang biasa, maka bisa menjangkau hingga 4.000 km.

Komando Pasifik Amerika Serikat dalam pernyataanya mengatakan jenis rudal terbaru sedang dikaji namun tidak konsisten dengan ICBM, yang bisa menjangkau daratan Amerika Serikat, sejauh 6.000 km.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat