androidvodic.com

Rusia Geram dengan Sanksi Singapura, Sarankan Hindari Isu yang Jauh dari Asia - News

News - Duta Besar Rusia untuk Singapura, Nikolay Kudashev mengritik keputusan Singapura menjatuhkan sanksi kepada Moskow atas invasinya ke Ukraina.

Singapura sejauh ini merupakan satu-satunya negara Asia Tenggara yang ikut menjatuhkan saksi kepada Rusia, bergabung dengan sejumlah negara Barat.

"Kami percaya keputusan ini sebagai kesalahan, menjadi keputusan yang salah, yang bertentangan dengan pengembangan hubungan bilateral, bertentangan dengan penguatan kerja sama regional," kata Kudashev kepada South China Morning Post dalam sebuah wawancara.

Menyoroti posisi Singapura, Kudashev menyarankan agar negara ini fokus pada isu-isu di kawasannya.

"Kami lebih memilih untuk berkonsentrasi pada isu-isu yang paling penting bagi kawasan daripada isu-isu atau topik yang relatif jauh dari agenda Asia," katanya.

Baca juga: Rusia Rilis Daftar Negara yang Jadi Musuhnya, Ada Inggris, Jepang, Korea Selatan hingga Singapura

Baca juga: AS Peringatkan Bakal Sanksi China Jika Ikut Membantu Rusia Dalam Peperangan

Vladimir Putin
Vladimir Putin (Sky News)

Dilaporkan Straits Times pada Sabtu (12/3/2022), pemerintah Singapura mengatakan bahwa sangat penting bagi negara itu untuk membela prinsip-prinsip yang menopang kedaulatan dan kemerdekaan politik pulau itu sendiri. 

Negara ini telah memberlakukan kontrol ekspor pada barang-barang yang dapat menimbulkan kerugian di Ukraina.

Bank dalam negeri juga diimbau untuk tidak berurusan dengan entitas Rusia.

Dengan adanya sanksi ini, Singapura bergabung dengan negara-negara lain yang hubungan politik dengan Rusia di bawah status 'pemantauan khusus'.

Dia juga mengatakan kesepakatan ekonomi hanya akan diizinkan di bawah "pengawasan yang sangat ketat" oleh pemerintah.

Dalam wawancara tersebut, Kudashev secara terpisah menolak resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) pekan lalu yang mengutuk invasi Rusia.

Resolusi tersebut didukung oleh 141 negara.

Sebaliknya, Kudashev menunjuk abstain dari China dan India, sebagai negara terpadat di dunia, dari pemungutan suara sebagai bukti bahwa Rusia tidak terisolasi secara diplomatik.

"Jika Anda melihat lebih dekat pada hasil pemungutan suara baru-baru ini di UNGA, Anda dapat dengan mudah melihat bahwa itu bukan isolasi. Jika Anda tertarik pada angka, lebih dari 50 persen populasi global memilih menentang (resolusi)," kata Kudashev.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat