androidvodic.com

WHO Prediksi ICU Rumah Sakit China Akan Penuh Karena Lonjakan Kasus Covid-19 - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

News, BEIJING - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan rumah sakit di China tampaknya akan terisi penuh oleh pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19).

Pernyataan ini disampaikan lembaga tersebut di tengah kekhawatiran tentang gelombang baru Covid-19 yang melanda negara itu.

Baca juga: Redam Lonjakan Covid-19 yang Menggila, China Impor Vaksin dari Jerman

Dikutip dari laman BBC, Kamis (22/12/2022), Kepala Kedaruratan WHO Dr Michael Ryan mengatakan Unit Perawatan Intensif (ICU) rumah sakit di negara itu saat ini tengah sibuk, meskipun pejabat tingginya mengklaim jumlah pasiennya 'relatif rendah'.

Angka yang dilaporkan China menunjukkan tidak ada yang meninggal karena Covid-19 pada Rabu kemarin, namun ada keraguan tentang dampak nyata penyakit tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir rumah sakit di Beijing dan kota-kota lainnya telah terisi karena gelombang terbaru Covid-19 melanda China.

Sejak 2020, China telah memberlakukan pembatasan kesehatan yang ketat sebagai bagian dari kebijakan nol Covid yang diterapkannya.

Namun pemerintah mengakhiri sebagian besar tindakan tersebut dua minggu lalu, setelah protes penting terhadap kontrol ketat.

Baca juga: Warga India Diminta Kembali Pakai Masker Gara-gara Kasus Covid-19 Melonjak di China

Sejak saat itu, jumlah kasus pun melonjak, menimbulkan kekhawatiran akan tingginya angka kematian di kalangan orang tua yang sangat rentan.

Meski mengalami peningkatan, angka resmi menunjukkan hanya 5 orang yang meninggal akibat Covid-19 pada Selasa dan 2 orang pada Senin lalu.

"Di China, apa yang dilaporkan adalah jumlah kasus yang relatif rendah di ICU, namun secara anekdot ICU sedang penuh. Kami telah mengatakan ini selama berminggu-minggu bahwa virus yang sangat menular ini akan selalu sangat sulit untuk dihentikan sepenuhnya, hanya dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial (dapat menghentikan virus ini)," tegas Dr Ryan.

Baca juga: Jepang Waspadai Lonjakan Harga dan Penularan Covid-19 di China

Berbicara selama konferensi pers mingguan di Jenewa, Swiss, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku sangat prihatin dengan situasi yang berkembang di China.

Ia pun meminta data spesifik tentang tingkat keparahan penyakit, penerimaan rumah sakit serta persyaratan perawatan intensif.

Dr Ryan menambahkan bahwa 'vaksinasi adalah strategi keluar' dari wabah tersebut.

Perlu diketahui, China telah mengembangkan dan memproduksi vaksinnya sendiri, yang terbukti kurang efektif dalam melindungi orang dari penyakit Covid-19 yang serius dan kematian, dibandingkan vaksin mRNA yang digunakan pada sebagian besar dunia.

Komentar Dr Ryan ini disampaikan saat pemerintah Jerman mengumumkan pada Rabu kemarin bahwa mereka telah mengirimkan vaksin BioNTech Covid-19 'gelombang pertama' ke China.

Vaksin Jerman ini awalnya akan diberikan kepada ekspatriat di China yang diperkirakan mencapai sekitar 20.000.

Baca juga: WHO Prihatin Lonjakan Kasus Penularan Covid-19 Terus Terjadi di China

Ini adalah vaksin Covid-19 asing pertama yang dikirim ke China, meskipun tidak ada detail yang dirilis tentang waktu maupun ukuran pengiriman.

Bulan lalu saat berkunjung ke Beijing, Kanselir Olaf Scholz mendesak agar vaksin juga tersedia secara gratis bagi warga negara China.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat